Welcome to My website

Selamat datang di website pribadi saya. Tidak neko-neko, disini saya hanya ingin berbagi apa yang bisa saya bagi.

Terima kasih telah berkunjung...

Semoga Bermanfaat
OpulentDelicacy.com

Jumat, 13 Desember 2013

Keutamaan Hari Jumu'ah

Saudariku, kabar gembira untuk kita semua bahwa ternyata kita mempunyai hari yang istimewa dalam deretan 7 hari yang kita kenal. Hari itu adalah hari jum’at. Saudariku, hari jum’at memang istimewa namun tidak selayaknya kita berlebihan dalam menanggapinya. Dalam artian, kita mengkhususkan dengan ibadah tertentu misalnya puasa tertentu khusus hari Jum’at, tidak boleh pula mengkhususkan bacaan dzikir, do’a dan membaca surat-surat tertentu pada malam dan hari jum’at kecuali yang disyari’atkan.

Nah artikel kali ini, akan menguraikan beberapa keutamaan-keutamaan serta amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari jum’at. Semoga dengan kita memahami keutamaannya, kita bisa lebih bersemangat untuk memaksimalkan dalam melaksanakan amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari itu, dan agar bisa meraih keutamaan-keutamaan tersebut.
Keutamaan Hari Jum’at
1. Hari paling utama di dunia
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:
  • Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
  • Hari akan terjadinya kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)
2. Hari bagi kaum muslimin
Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.
Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
3. Hari yang paling mulia dan merupakan penghulu dari hari-hari
Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad)
4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim)
Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:
a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah ketika shalat didirikan.
b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)
Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakn bahwa, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”
5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)
Amalan-Amalan yang Disyari’atkan pada Hari Jum’at
1. Memperbanyak shalawat
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)
2. Membaca surat Al Kahfi
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
3. Memperbanyak do’a (HR Abu Daud poin 4b.)
4. Amalan-amalan shalat jum’at (wajib bagi laki-laki)
  • Mandi, bersiwak, dan memakai wangi-wangian.
  • Berpagi-pagi menuju tempat shalat jum’at.
  • Diam mendengarkan khatib berkhutbah.
  • Memakai pakaian yang terbaik.
  • Melakukan shalat sunnah selama imam belum naik ke atas mimbar.
Saudariku, setelah membaca artikel tersebut semoga kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar dengan menambah amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan. Sungguh begitu banyak jalan agar kita bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan kita di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Selasa, 16 April 2013

Mengidolakan RasuluLlah


Anas ibnu Malik ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh beruntung sekali orang yang beriman kepadaku dan pernah melihatku, sungguh beruntung sekali orang yang beriman kepadaku dan belum melihatku sampai tujuh kali."

Hadis tersebut jelas membawa berita gembira bagi kita umat Rasululllah Saw yang beriman kepadanya walaupun belum pernah melihat sosok pemimpin umat terhebat tersebut. Tidak main-main, bahkan keberuntungan kita tujuh kali lipat dibanding para sahabat ra. Namun syarat keberuntungan ini pun tidak pula main-main. Harus terdapat iman kepada Rasulullah Saw.

Salah satu indikator adanya keimanan kepada Rasulullah Saw di dalam hati kita adalah adanya rasa cinta kepada Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah bersabda "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya." 

Marilah kita jujur bertanya kepada hati kita masing-masing. “Sudahkah kita mencintai Rasulullah lebih dari orang tua, anak, dan manusia seluruhnya?” Tampaknya kita harus banyak beristighfar.

Kondisi zaman pada saat ini telah banyak membiaskan kecintaan serta keidolaan kita. Minoritas manusia saat ini mengidolakan Nabi Akhir Zaman Muhammad Saw. Sedang mayoritas, pastilah poster-poster rocker atau artis atau apalah itu yang memenuhi dinding kamar mereka. Padahal jelaslah sudah Allah berfirman di dalam Alquran bahwa di dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan yang paling baik.

Untuk mencintai Rasulullah Saw secara paripurna memanglah membutuhkan proses dan usaha yang harus dijalankan dengan segenap jiwa. Harus ada kesadaran dan keinginan dari dalam hati untuk dapat mencintai Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin kita tidak ingin mencintai Rasulullah, sedang syafa’at beliaulah yang akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka.

Seorang remaja yang setiap harinya membaca gosip seorang artis, dengan tekun menyimak beritanya, mendengarkan lagu rocker kesukaannya, mendiskusikannya dengan teman-temannya, sudah barang tentu lambat laun kecintaannya pada artis tersebut setiap harinya semakin bertambah.

Demikian pula, untuk semakin mencintai Rasulullah kita perlu sering membaca kisah-kisah beliau yang menggetarkan jiwa. Kita perlu sering membicarakan Rasulullah dengan segala kesempurnaan akal dan akhlaknya. Kita berusaha menghidupkan sunnah Rasulullah dalam keseharian kita, mulai dari yang paling sederhana.

Dilengkapi dengan doa kepada Allah agar dimasukkan rasa cinta kepada Rasulullah Saw didalam hati kita, InsyaAllah lambat laun kita akan semakin mencintai Rasullulah Saw. Manusia yang harus lebih kita cintai dari pada orang tua, anak ataupun manusia seluruhnya.

Momen Maulud Nabi belum lama ini semoga dapat menyadarkan kita untuk menjadikan Rasulullah Saw sebagai idola nomor satu kita. Sehingga kita tidak ragu-ragu untuk mengatakan, “Our Idol is Muhammad Rasulullah Saw.” Mari bersalawat ke atas Nabi.

Pertolongan Al-Qur'an di Alam Kubur


Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya).

Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang-orang sibuk dengan kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya, tiba-tiba seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia berada di antara dada dan kain kafan.

Setelah dikuburkan dan orang-orang mulai meninggalkannya, datanglah dua malaikat. Yaitu Malaikat Munkar  dan Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan tanya jawab.

Tetapi si tampan itu berkata,” Ia adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan untuk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia dimasukkan ke dalam syurga.”

Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Alquran yang terkadang kamu baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.” 

Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)

Allahuakbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadis ini. Getaran penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Alquran yang kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yang tidak ada  pembela. Sekaligus getaran takut, kalau-kalau Alquran akan menuntut kita. Allah… terimalah bacaan Alquran kami. Sempurnakanlah kekurangannya.

Banyak riwaya yang menerangkan bahwa Alquran adalah pemberi syafa’at yang pasti dikabulkan Allah SWT. Upaya agar mendapatkan syafaat Alquran tentu saja dengan mendekatkan diri kepada Alquran. Salah satu cara yang sangat baik dalam “memaksa” kita untuk dekat dengan Alquran adalah dengan menghafalkannya.

Dengan berniat menghafal Alquran hati kita seakan-akan terpanggil untuk selalu memegang Alquran. Ada tanggung jawab yang membuat kita merasa “bersalah” jika tidak memegang Al-Qur’an. Walaupun mungkin sekedar membacanya.

Pada akhirnya kita mau tidak mau “dipaksa” untuk mendekat kepada Alquran. Dapat dikatakan dengan menghafalkan Alquran kita telah mengikatkan diri dengan Al-Qur’an. Sesibuk apapun kita, kita dipaksa untuk selalu dekat Alquran. Dan itu sungguh bukan termasuk “pemaksaan” yang aniaya. Melainkan pemaksaan yang penuh kebaikan.

Semoga hadis di atas menjadi cambuk bagi kita ketika rasa malas menerpa kita. Semoga Allah dengan kemuliaanNya menjadikan Alquran sebagai syafa’at bagi kita, bukan sebagai penuntut kita. 

Semoga Alquran menjadi “teman” bagi kita ketika tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menemani kita. Amin. Mari menghafal Alquran.

Senin, 05 Desember 2011

INDAHNYA MENIKAH


Cinta mengandung energi yang sangat besar, energi yang sangat luar biasa. Itulah kenapa seorang ibu rela berkorban sekalipun nyawanya demi sang anak. Seorang suami dapat tak hiraukan lelah dan peluh yang bercucuran demi anak istrinya. Para sahabat rela berkorban demi Allah dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Dan Romeo yang rela mati demi Juliet kekasihnya (sebenarnya ini adalah perbuatan bodoh atas nama cinta).

Energi cinta yang besar mempunyai kekuatan untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu diluar akal sehatnya. Dan memberi kekuatan besar bagi seseorang untuk melakukan Sesuatu yang ia cintai.
Sudah menjadi fitrah cinta yang timbul antara pria dan wanita yang bukan mahram. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Quranul Karim. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Q.S Ar Rum [30] : 21).
Cinta walaupun mempunyai energi yang luar biasa namun ia juga rapuh. Islam mensyariatkan pernikahan untuk untuk melindunginya dari kemadharatan yang ada padanya. Dengan akad pernikahan, Islam menghalalkan segala macam bentuk ekspresi cinta dari pasangan suami istri. Bahkan setiap ekspresi dari cinta tersebut bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Pengorbanan atas nama cinta tidak lagi menjadi sia-sia. Akan tetapi bernilai sangat istimewa.
Rasa letih, lelah sang kepala keluarga untuk anak istri menjadi ibadah. Kesabaran istri dalam taat kepada suami, melayaninya dan mengasuh serta mendidik anak-anaknya menjadi ibadah. Dari hal terkecil sampai dengan hal yang paling besar terhitung ibadah.
Dalam syariat pernikahan Islam. Islam menjaga hak setiap pihak, sehingga tidak ada yang dirugikan. Ketika terjadi persengketaan (problem) Syari’at Islam pun telah menyediakan perangkat yang mengatur agar masalah bisa terselesaikan secara adil (tidak ada yang di rugikan).
Dengan demikian energi cinta yang besar tidak akan sia-sia serta tidak membahayakan. Rapuhnya pun tidak akan merugikan satu pihak, apalagi menderita sia-sia. Seperti pasangan yang ditinggal kekasihnya dan ia dalam keadaan mengandung, misalnya. Dari sini kita juga dapat mengatakan, penghargaan tertinggi untuk wanita atas nama cinta adalah pernikahan secara Islam. 
YUSUF RAHMAT SANUSSY DAN RIKA 'AZIZAH MAS'UD

Dengan memohon keridhoan dari Allah SWT. Dan do’a restu kawan-kawan semua inysa Allah saya akan melaksanakan pernikahan pada hari Ahad, 11 Desember 2011. Bertempat Di KOMPLEK PONPES AL-HIDAYAH RANGKASBITUNG, Jl Jend A Yani (Gg Mawar Dalam) lebakpicung, Rangkasbitung, Lebak, Banten

Sabtu, 27 Agustus 2011

Hari-Hari Akhir Ramadhan

Tak terasa kita sudah berada di penghujung Ramadhan. Hanya tinggal beberapa hari kita akan mengakhiri Ramadhan ini. Semuanya berharap akan mendapatkan maghfirah dari Allah Azza Wa Jalla, dan kemudian menjadi hambanya yang muttaqin.
Memang terasa semakin mendekati akhir Ramadhan banyak masjid yang jamaah menjadi lebih sedikit. Umat Islam sudah mulai sibuk dengan persiapan Idul Fitri, yaitu berkaitan dengan kebutuhan pokok, berupa makanan, pakaian, dan rencana silaturrahim ke sanak famili dan handai taulan. Inilah yang menyebabkan tidak lagi masjid-masjid dipenuhi oleh para jamaah. Waktu-waktunya dihabiskan di kantor-kantor, mall, plaza, dan tempat keramaian. Bukan lagi masjid yang menjadi tujuan mereka.
Tetapi, masih saja ada sekelompok orang yang mempunyai perhatian dengan adanya maghfirah dan atau ampunan dari Allah Azza Wa Jalla. Mereka tetap berdiam di masjid-masjid dengan melakukan I’tikaf, dan beribadah, serta membaca Al-Qur’an sepanjang hari. Sekalipun jumlah mereka kalah dibandingkan dengan mereka yang pergi ke tempat-tempat keramaian.
Memang, kecenderungan manusia yang hidupnya berorientasi kepada akhirat, jauh lebih sedikit, dibandingkan dengan mereka yang berorientasi kepada kehidupan dunia. Mereka yang tekun beribadah dan ingin menggapai adanya laylatul qadr, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang terus mengejar kehidupan dunia. Tetapi masih tetap ada, walaupun jumlahnya sangat sedikit, mereka yang ingin mendapatkan kemuliaan kehidupan di akhirat.
Manusia selamanya lebih mencintai kehidupan dunia, dibandingkan dengna kehidupan akhirat, yang masih abstrak. Hanya orang-orang yang memiliki komitment dan tingkat keimanan yang tinggi, yang dapat melaksanakan puasa, dan beribadah dengan sungguh-sungguh, sampai akhir Ramadhan. Selebihnya, manusia tak pernah mengindahkan akan kehidupannya yang akan berakhir, dan semuanya kekayaan yang mereka miliki itu, akhirnya berpisah dengan mereka.
Semoga akhir Ramadhan ini menjadi sebuah keindahan dalam kehidupan kita, khususnya dalam menapaki perjalan hidup yang kita jalani, dan Allah memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang senantiasa taqarrub kepada-Nya.
Tak lupa saya pribadi Yusuf Rahmat Sanussy mengucapkan mohon maaf dan semoga senantiasa kita semua dalam maghfirah-Nya.

Sabtu, 06 Agustus 2011

IMPORTANCE OF QUR'AN

The Glorious Qur’an is the Book of Allah, the Most Gracious, Most Merciful, Who has promised to safeguard it from any violations in its purity, the most important and sacred book and the ultimate guidance for all. The Qur’an was revealed in the month of Ramadhan to the prophet Mohammed (peace be upon him) by the angel Jibrail.
The Qur’an is a source of inspiration for us all and there are many ways in which the Qur’an can be implemented not only throughout Ramadhan but throughout our lives. Below are a few examples of how we could use Qur’an in our lives.
Listen to the Qur’an - this can be done in a number of ways at home. Listen to other members of the family reciting Qur’an, or put a tape on and listen to a recitation. While out and about you can listen in the car, or take a personal stereo player - but remember personal safety at all times.
How much time do we spend waiting for someone or something or in a queue? This time could be put to use, listening to a Qur’anic recitation tape. This will help you relax and make better use of your time.
Study and understand the Qur’an – this can be done on your own, or with a group of friends. You could set up a study circle which helps make studying easier. The circle could meet regularly, or just as a one off. Remember that during Ramadhan the rewards are increased.
Convey the message of the Qur’an – the Qur’an is useful for everyone. Conveying the message of Islam is compulsory upon all Muslims, and this can be done through the Qur’an, which is beautiful to read. Most translations contain an easy to follow guide.
Make use of the Qur’an in our lives - the Qur’an contains invaluable information that Muslims should use in their personal and communal matters, and at all levels of society.
The Qur’an will help guide us through all the situations in our lives.
Memorise verses of the Quran - Memorisation in Ramadan carries more reward than at any other time in the year. Be sure to check your memorised recitation by reciting it to a Qur’an teacher, or someone who has good knowledge of the Qur’an.
Increase your recitation of the Qur'an in Ramadan – Recitation during Ramadhan carries much reward, and extra recitation should be encouraged. During salah (obligatory prayer) make use of longer surah’s where you might previously have used shorter ones.
Perform Taraweeh prayers in congregation - The completion of the Qur’an takes place over the period of Ramadhan and there is much reward for praying in congregation.
Recite during the night – “Truly the rising by night is most potent for governing (the soul) and most suitable for (framing) the Word (of Prayer and Praise).” The Holy Quran 73:6. Reciting during the day is also beneficial, but night time recitation is easier as there are less distractions and noise.
There are many texts we can study to look at the meaning of Ramadhan, but for this section we will look purely at the Qur’anic translation in English. It is important to look at the Qur’an relating to the verses regarding Ramadan so we can understand the essence of fasting. The verse that will be looked at is surah Al – Baqarah, it is the second surah in the Qur’an and one of the longest surahs.
Fasting for a fixed number of days; but if any of you is ill or on a journey the prescribed number (should be made up) from days later. For those who can do it (with hardship) is a ransom the feeding of one that is indigent. But he that will give more of his own free will it is better for him and it is better for you that ye fast if ye only knew. THE HOLY QURAN 2 : 184
Ramadhan is the (month) in which was sent down the Qur'an, as a guide to mankind, also clear (Signs) for guidance and judgment (Between right and wrong). So every one of you who is present (at his home) during that month should spend it in fasting, but if any one is ill, or on a journey, the prescribed period (Should be made up) by days later. Allah intends every facility for you; He does not want to put to difficulties. (He wants you) to complete the prescribed period, and to glorify Him in that He has guided you; and perchance ye shall be grateful. THE HOLY QURAN 2: 185
These ayat show us the mercy of Allah (SWT) whose mercy enables us to omit our fast when we are ill or travelling so the fast may not be a burden on us. It also allows us to take part in charity towards those less fortunate then ourselves so that we can appreciate what we have.
Here is a hadith which is narrated by Ibn 'Abbas:
“The Prophet was the most generous person, and he used to become more so (generous) particularly in the month of Ramadhan because Gabriel used to meet him every night of the month of Ramadhan till it elapsed. Allah's Apostle used to recite the Qur'an for him. When Gabriel met him, he used to become more generous than the fast wind in doing good”. Therefore let us also become generous by increasing the amount of Qur’an we recite in the month of Ramadhan.

Kamis, 21 Juli 2011

Racun Hati

Jangan meremehkan dosa! Sebab banyak manusia yang masuk neraka dan menjadi penghuninya disebabkan dosa-dosa yang mereka anggap ringan. Seperti juga banyak manusia yang terjerumus dalam perbuatan zina karena meremehkan pandangan mata. Mengira tidak ada pengaruh negatif dari mata mereka yang liar, memandang hal-hal yang diharamkan Allah.
Padahal, pandangan adalah utusan syahwat. Membakar gairah, memunculkan bermacam keinginan –yang sebagiannya bisa jadi kita tidak mampu bersabar menanggung akibatnya-, meracuni hati dan meninggalkan luka padanya, juga menghasilkan penyesalan. Bukankah ia adalah salah satu panah beracunnya Iblis, laknatullah ‘alaihi?
Racun-racun yang Lain
Selain banyak memandang, ada hal-hal lain yang tampak sepele namun sesungguhnya sangat membahayakan hati kita. Perkara-perkara ini akan memunculkan iradah (keinginan) yang menyimpang, menyebabkan hati menjadi sakit, kemudian menghancurkannya. Maka menjadi sangat penting bagi pendamba hati yang bening untuk mewaspadainya.
Banyak Bicara
Yang pertama adalah banyak bicara. Kenapa? Umar bin Khaththab aberkata, “Barangsiapa yang banyak bicaranya, banyak kesalahannya. Barangsiapa yang banyak kesalahannya, akan banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya,maka neraka adalah tempat yang pantas baginya.” Maka, hati-hatilah jika berbicara! Agar untaian kata yang meluncur keluar dari lisan kita, bukanlah kata-kata yang sia-sia tanpa makna.
Gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh paling ringan,.yang justeru karena ringannya ini, banyak ucapan yang mendatangkan madharat bagi manusia. Di samping permusuhan, kebencian dan akibat negatif yang lain, banyak berbicara juga akan mengeraskan hati, kemudian menjauhkan mereka dari Allah. Bisa saja mereka mengucapkan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa menyadarinya, kemudian kita masuk neraka karenanya. Naudzubillahi min dzalika!
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya, ada manusia mengucapkan kalimat yang dianggapnya biasa, namun dia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun karenanya.” (HR. at Tirmidzi.)
Umar bin Khathab pernah mengunjungi Abu Bakar yang sedang menarik lidah dengan tangannya. “Inilah benda yang akan menjerumuskanku ke neraka,” Abu Bakar menjawab pertanyaan Umar.
Marilah bermohon kepada Allah, agar untaian kalimat yang kita ucapkan membawa keuntungan dan manfaat bagi agama, dunia dan akhirat. Agar kita bisa berbicara yang baik-baik, atau diam saja. Ibnu Mas’ud berkata, “Wahai lisan, ucapkanlah kalimat yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Diamlah dari mengucapkan yang buruk-buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!”
Maka, kebersihan hati bisa dirasakan lewat lisan. Karena ucapan mengisyaratkan apa yang terpendam dalam hati, baik kita sadar ataupun tidak. Yahya bin Mu’adz berkata,”Hati ibarat kuali yang mendidihkan isinya. Sedang lisan ibarat centong pengambilnya .” Artinya, jika dengan centong kita bisa merasakan rasa satu masakan, kita juga bisa mencicipi hati seseorang lewat lisannya.
Maka benarlah sabda baginda Rasulullah, “Iman seseorang tidak akan lurus sebelum hatinya lurus sedang hati tidak akan lurus sebelum lisannya lurus.”
Banyak Makan
Salah satu yang bisa membuat hati menjadi lembut, daya pikir menguat, hawa nafsu dan sifat marah melemah, adalah laparnya perut. Maka alangkah bagusnya jika kita bisa makan seperlunya dan tidak berlebihan. Sebab banyak makan termasuk salah satu racun hati, yang akan memberi akibat sebaliknya dari hal-hal di atas.
Rasulullah bersabda,
“Tidak ada bejana yang diisi anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga perutnya untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya! ” (HR.at Tirmidzi)
Kemajuan bidang kuliner yang luar biasa, menyediakan makanan lezat berlimpah di sekitar kita. Jika tidak waspada, kita akan tergoda mencobanya. Kadang kita malah tidak peduli dengan kehalalannya. Bejana paling buruk ini memang bisa menyeret kita pada makan secara berlebihan. Banyak makan membuat kita banyak minum, kemudian banyak tidur. Setelah itu banyak hal buruk yang mengintai sebagai akibatnya.
Obesitas (kegemukan) adalah salah satu contohnya. Ada lagi kekenyangan yang seringkali membuat kita malas dan berat mengerjakan ibadah, juga dorongan untuk berbuat maksiat yang lebih kuat. Bukankah banyak kemaksiatan yang berawal dari perut yang kekenyangan? Maka, barangsiapa yang bisa menjaga perutnya dari keburukan, sesungguhnya dia telah menjaga dirinya dari keburukan yang lebih besar.
Seperti ucapan Ibrahim bin Adham,”Barangsiapa memelihara perutnya, akan terpelihara diennya. Barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlak yang baik. Karena sesungguhnya kemaksiatan kepada Allah itu jauh dari hamba yang lapar, dan dekat kepada hamba yang kenyang .”
Banyak Bergaul
Kuper alias kurang pergaulan? No way! Demikian ucapan yang sering kita dengar di telinga. Seolah-olah hal itu adalah keburukan total yang tidak ada kebaikan lagi baginya. Karena itu, banyak yang kemudian berlomba menjadi manusia gaul, sepertinya bagus dan keren jika disebut begitu. Banyak media, -cetak maupun elektronik- yang memandu penikmatnya cara-cara gaul paling moderen, lengkap dengan segala pernik-perniknya. Benarkah bergaul banyak, bermanfaat banyak?
Jawabannya, tidak selalu! Karena bergaul ibarat makanan. Tidak semuanya lezat dan menyehatkan. Banyak juga makanan yang tampak membangkitkan selera, ternyata adalah junk food (makanan sampah), yang bukan saja tidak memberikan gizi seimbang, namun malah membahayakan kesehatan. Yang lezat dan bergizi saja jika berlebihan juga bisa menimbulkan akibat negatif.
Seperti itu juga bergaul. Ia bisa menambah ilmu dan wawasan, memperluas jaringan pertemanan, atau sebagai realisasi ke-makhluk sosial-an kita, yang karenanya menjadi baik dan dibutuhkan asal tidak berlebihan. Namun banyak juga bentuk bergaul yang malah menimbulkan madharat. Membuat kita akrab dengan maksiat dan kejahatan, atau minimal mengurangi nilai ibadah kita.
Dalam bergaul, ada empat tipe manusia. Ketepatan kita mengklasifikasikannya akan membantu kita memilih mana yang bisa kita ajak bergaul, dan mana yang harus kita singkiri. Kesalahan melakukan klasifikasi akan mendatangkan bencana yang merugikan.
Empat Tipe Manusia
Para ulama adalah tipe makanan bergizi. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan yang nyata, karena kebutuhan kita yang demikian besar kepada mereka. Ibarat makan yang kita butuhkan pagi, siang dan malam, pergaulan dengan mereka mutlak harus kita lakukan. Mereka memahami perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, tipu daya musuh-musuh Allah, penyakit-penyakit hati beserta obatnya, juga keteladanan dalam kesetiaan kepada Allah dan Rasulullah.
Tipe obat adalah tipe yang kita perlukan sekedarnya saat kita sakit. Jika kita sehat, kita tidak memerlukan untuk bergaul dengan tipe ini. Bukankah obat tidak kita perlukan saat sehat badan? Mereka adalah para profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan semacamnya. Kita membutuhkan mereka untuk memperlancar urusan maisyah (mata pencaharian) kita.
Ada tipe penyakit, bergaul dengan mereka berarti mengkonsumsi penyakit. Setelah kita tertular, seringkali butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. Mereka adalah orang-orang yang tidak membawa keuntungan dunia akhirat, namun malah merugikan. Salah satunya atau kedua-duanya.
Ada juga pergaulan yang bisa membinasakan kita secara total. Ini adalah tipe racun. Tidak ada kebaikan sama sekali bergaul dengan mereka. Para ahli bid’ah, penghalang sunnah, penyeru kesesatan serta dai-dai kemaksiatan termasuk dalam kategori ini. Sebagai hamba yang berakal tentu saja kita wajib menjauhi mereka sekuat tenaga.
Akhirnya, membersihkan hati salah satunya dengan menyelamatkan hati dari racun-racun yang ada. Semoga kita berhasil. Wallahu Musta’an.

Jumat, 15 Juli 2011

Cinta Suci Zahrana

Satu lagi novel pembangun jiwa adikarya novelis nomor 1 Indonesia, Habiburrahman El Shirazy hadir di tengah-tengah kita, yaitu Cinta Suci Zahrana. Bercerita tentang Dewi Zahrana, seorang wanita cantik dan berprestasi di bidang arsitektur. Artikel yang ia tulis di jurnal ilmiah dan diterbitkan oleh RMIT Melbourne, Australia ternyata mendapatkan apresiasi yang sangat luas dari pakar arsitektur dunia. Puncaknya, ia diundang ke Beijing untuk memperoleh penghargaan level internasional dari School of Architecture, Tsinghua University, sebuah universitas ternama di Cina. Tentu saja tidak mudah mendapat penghargaan dan pengakuan prestisius seperti ini. Di Asia Tenggara, dialah orang pertama yang meraihnya. Ia tidak hanya mengangkat martabat keluarga, tetapi juga mengangkat martabat bangsa dan negara. Ya, martabat bangsa dan negara yang bernama Indonesia dan sangat dicintainya. Ia telah mendapatkan puluhan email ucapan selamat. Dari sesama dosen sejawat di kampus serta yang telah mengajarnya dahulu. Ada juga dari teman-teman kuliahnya dulu, bahkan dari Menteri Pendidikan Nasional Indonesia. Di kalangan akademisi fakultas teknik, khususnya jurusan arsitektur di Indonesia, ia sedang menjadi bintang dan bahan perbincangan. Banyak yang tidak menyangka tulisan artikel ilmiahnya mampu tembus dan diterbitkan oleh sejumlah jurnal di luar negeri. Tidak hanya oleh RMIT Melbourne, tetapi juga oleh NUS, UCLA, ANU, MIT, Utrecht University, dan Osaka Institute of Teknology. Ia tidak pernah kuliah di luar negeri. Ia adalah murni produk dalam negeri. Menyelesaikan S1 di fakultas teknik UGM dan S2 di ITB. Ia ingin menunjukkan bahwa lulusan dalam negeri pun bisa setara, bahkan mengalahkan lulusan luar negeri. Namun semua jerih payah dan prestasi membanggakan tersebut sedikitpun tidak membuat kedua orang tuanya bangga. Masih ada yang mengganjal di benak mereka. Diumurnya yang telah berkepala tiga, Zahrana belum juga menikah dan membina rumah tangga. Sebagai anak semata wayang, kedua orang tuanya tidak lagi membutuhkan sederetan piagam penghargaan internasional. Yang mereka inginkan ialah, melihat Zahrana bersanding di pelaminan dan dapat segera menimang cucu. Padahal sudah banyak pria yang berusaha mendekatinya. Tapi lagi-lagi, semuanya itu ia tolak dengan halus. Dengan alasan ia masih ingin menimba ilmu. Lambat laun kedua orang tuanya pun tidak luput dari gunjingan para warga. Yang mengatakan kalau Zahrana, anaknya adalah seorang perawa tua. Tidak mudah bagi Zahrana untuk melaluinya. Berbagai cobaan terus saja datang menghampiri dirinya. Seakan tak rela melihat dirinya bahagia dan menemukan pasangannya. Hingga akhirnya, dengan bersusah payah dan penuh liku-liku perjuangan, Zahrana pun mampu bangkit dan mengatasinya semuanya. Siapakah pria yang paling beruntung mendapatkan hati dan cintanya tersebut ? Ikuti jalan ceritanya. Cukup seru dan terkadang mendebarkan. Oh ya, sebagaimana catatan penulis di halaman depan buku ini, disebutkan jika edisi film dari novel ini akan segera tayang pada tanggal 22 Desember tahun 2011 ini di bioskop kesayangan kita. Selamat membaca ya.

Judul : Cinta Suci Zahrana By : Habiburrahman el Shirazy Katalog : Novel Islami ISBN : 978-602-98221-6-8 Tebal : 292 Halaman Ukuran : 978-602-98221-6-8 Terbit : 27 Mei 2011 Harga Normal : Rp. 52500

Selasa, 05 Juli 2011

Alasan Merindukan Ramadhan

Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, "Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus."

Sesungguhnya, ada apanya di dalam Ramadhan itu, ikutilah berikut ini :

1.  Gelar taqwa
Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.

"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS al-Baqarah: 183) Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada hambanya yang taqwa, antara lain:
a.        Jalan keluar dari semua masalah Kemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah tidak ada yang sulit, karena Dialah pemilik kehidupan ini. "...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath Thalaaq: 2) "...Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)

b.        Dicukupi kebutuhannya"Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...."(QS. Ath Thalaaq: 3)

c.        Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hati Bagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya tersimpan Allah. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan. "Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang
menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. al-A'raaf: 35)

2.        Bulan pengampunan
Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan bernjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni."

3.        Pahalanya dilipatgandakan
Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda, "Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipad gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya." (HR. Bukhari Muslim)

Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan mengerjakana amalan wajib (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah). Maka perbanyaklah amal dan ibadah, mumpung Allah menggelar obral pahala.

4.        Pintu surga dibuka dan neraka ditutup
"Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu."(HR Muslim)

Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi.

Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian banyak. Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan. Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat setan menggoda manusia.

5.        Ibadah istimewa
Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya, "Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari Muslim)

Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa.

Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani Allah.

Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang seharusnya juga kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar bisa lewat membaca al-Qur'an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan ilmiah.

Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya mengurus manusia. Dia juga mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang. Manusia yang berpuasa meneladani Tuhan dalam
sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan.

Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari saja.

6.        Dicintai Allah
Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi, "Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya." (HR Bukhari)

7.        Do'a dikabulkan
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo'a apabila dia berdo'a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku." (QS. al-Baqarah:
186)

Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo'a tapi sebenarnya tidak berdo'a. Yaitu do'anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? "maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku."

Benar, berdo'a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw, "Tiga do'a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do'anya orang teraniaya. Allah mengangkat do'anya ke
awan dan membukakan pintu-pintu langit. 'Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kecucian pakaian, kesucian tempat, itu punya hubungan yang erat dengan pengabulan do'a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo'a kepada Tuhan. Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bisa mengantarkan do'anya dia diterima. Tapi kalau makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doa'nya?

Jadi do'a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Dibulan Ramadhan jiwa kita diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan makanan, semakinbesar kemungkinan untuk dikabulkan do'a.

8. Turunnya Lailatul Qodar
Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS.al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur'an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu.

Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad, "Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di sepuluh terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan. Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang."

Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul qodar.

Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur'an menyatakan, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat JIbril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan / kedamaian sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 4-5)

Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan, "Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, 'Ambil barang itu!' Ada bisikan lain berkata, 'Jangan ambil, itu bukan milikmu!' Bisikan pertama adalah bisikan setan.
Bisikan kedua adalah bisikan malaikat." Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus
bertambah, maka yakinlah bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.

9. Meningkatkan kesehatan
Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empatjam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).

Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.

Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup. Mereka
akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit didalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.

10. Penuh harapan
Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah... rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya' Allah, menjadikan hidup
lebih bermakna.

"Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya." (HR. Bukhari).

11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyaan
"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR. Bukhari)

12. Minum air telaganya Rasulullah saw
"Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain.

Mereka (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.' Beliau berkata, 'Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu...Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

13. Berkumpul dengan sanak keluarga
Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik
kendaraan mudik ke kampung halaman.

Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bisa berlangsung kapan saja. Tidak mesti pada Hari Raya. Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga
dan saudara yang lain. Padahal silahturahim itu dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis, "Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi!" (HR.
Bukhari)

14. Qaulan tsaqiilaa
Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur'an. Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS Al Muzzammil: 3). Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal malam setelah shalat isya' dengan berjamaah di masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih.

Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya. Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur'an secara tartil (memahami maknanya).
Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur'an memang sumber pengetahuan dan ilham. 
Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa (perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

15. Hartanya tersucikan
Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat. Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok. Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan
waktunya.

Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.










Minggu, 12 Juni 2011

50.000 Murtad dalam Dua Tahun

Koran “BERITA HARIAN” edisi 15 Juni 2004, yang terbit di Kuala Lumpur, memuat berita kecil yang menarik, berjudul “50.000 murtad sejak TV Satelit Dilancar”. Berita itu merupakan kutipan dari satu agensi berita asing yang menceritakan, bahwa dalam dua tahun, sejak stasiun TV Satelit dilancarkan ke Iran tahun 2002, sebanyak 50.000 orang telah memeluk agama Kristen.

Prestasi ini diklaim oleh Pastor Hormoz Shariat, merupakan sukses besar, sebab dalam kurun waktu tahun 1830-1979, para misionaris Kristen hanya berhasil mengkristenkan 3.000 orang dari 50 juta rakyat Iran.

Cerita tentang hal itu juga bisa dibaca di website www.christiannewstoday.com. Lepas dari benar atau tidaknya berita yang disebarkan para misionaris Kristen itu, isi berita itu sendiri perlu dicermati, karena menunjukkan, bagaimana kegigihan misi Kristen di dunia Islam masih terus berjalan, dalam berbagai bentuknya. Ada yang secara halus dengan menggunakan cara-cara merusak aqidah umat Islam, menyebarkan sekularisme dan liberalisme, ada juga yang masih menggunakan cara-cara klasik seperti kelompok Pastor Hormoz, yang mengaku pernah memeluk Islam.

Cerita tentang pemurtadan dan misi Kristen, oleh sebagian kalangan sering dianggap klise dan dianggap seolah-olah tidak ada. Tetapi, berita itu membuktikan, misi Kristen itu terus berjalan. Terutama pemurtadan di dunia Islam. Di mana saja. Termasuk di Indonesia. Inilah yang diingatkan Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir al-Azhar, ketika beliau menjelaskan makna QS. al-Baqarah ayat 120: “Ayat ini telah memberikan pesan dan pedoman kepada kita, buat terus-menerus, sampai Hari Kiamat, bahwasanya di dalam dunia ini akan tetap terus ada perlombaan merebut pengaruh dan menanamkan kekuasaan agama. Ayat ini telah memberi ingat kepada kita, bahwasanya tidaklah begitu penting, bagi orang Yahudi dan Nasrani meyahudikan atau menasranikan orang yang belum beragama, tetapi yang lebih penting ialah meyahudikan dan menasranikan pengikut Nabi Muhammad saw sendiri.

Sebab, kalau Islam merata di seluruh dunia ini, pengaruh kedua agama itu akan hilang. Sebab, apabila akidah Islamiyah telah merata dan diinsafi, kedua agama itu akan ditelannya. Sebab pemeluk Islam berarti kembali kepada hakekat ajaran yang sejati dari Nabi Musa dan Nabi Isa. Niscaya pemeluk kedua golongan itu tidak akan senang, sebab agama yang mereka peluk itu telah mereka pandang sebagai golongan yang wajib dipertahankan. Dengan tidak usah mengkaji lagi benar atau tidak benar.”

KH. Bisri Musthafa, dari Rembang, mengingatkan dalam Kitab Tafsirnya yang berbahasa Jawa, AL-IBRIZ, ketika menjelaskan makna ayat tersebut: “Makanya, kita umat Islam, khususnya para pemimpin harus berhati-hati.

Kita sudah diajar oleh Allah, bahwa pendirian orang-orang Yahudi dan Nasrani, juga golongan-golongan yang tidak senang kepada Islam, kita harus senantiasa waspada. Jangan sampai kita menuruti kemauan golongan yang bertujuan merobohkan agama Islam.”

Karena itu, masalah aqidah Islamiyah, masalah Iman, dan masalah pemurtadan perlu senantiasa menjadi perhatian serius dari seluruh kaum Muslim, khususnya para ulama dan cendekiawannya. Masalah ini lebih penting daripada masalah syari'at Islam atau masalah politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Sebab, aqidah adalah pondasi, landasan, pijakan dari seluruh bangunan Islam. Rasulullah SAW mengingatkan, dalam hadits beliau yang sangat terkenal: “Islam ditegakkan di atas lima hal: persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, penunaian zakat, pelaksanaan haji ke Baitullah, dan shaum Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi, pondasi pertama Islam adalah dua kalimat syahadat: Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Siapa pun yang menolak pilar utama Islam ini, otomatis dia tidak mendukung tegaknya bangunan Islam. Kaum Yahudi dan Nasrani, bisa saja mencoba-coba untuk menyatakan, bahwa mereka juga mengakui Allah sebagai Tuhan. Bahkan, sejak tahun 1629, terjemahan Injil Matius sudah menggunakan kata ‘Allah’ untuk Tuhan mereka. Hingga sekarang, Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, masih menggunakan kata ‘Allah’ untuk menyebut Tuhan-nya orang Kristen.

Tentu saja, konsep ‘Allah’ kaum Kristen berbeda dengan konsep ‘Allah’ orang Islam. Sebagaimana halnya konsep ‘Allah’-nya orang Arab Jahiliyah juga berbeda dengan konsep ‘Allah’-nya kaum Muslim. Perbedaan konsep ini merupakan hal yang prinsip dan penting, bukan hal yang sepele, seperti anggapan sebagian orang. Dalam dunia manusia, hal semacam ini pun terjadi. Presiden Megawati Soekarnoputri adalah istri dari Taufik Kiemas. Tentu Taufik Kiemas tidak rela jika dikampanyekan dimana-mana bahwa Megawati adalah istri yang sah dari Hasyim Muzadi. Meskipun, pada hekaketnya, Megawati tetaplah Megawati dan tetap istrinya Taufik Kiemas.

Agama Islam, yang datang belakangan, memberikan koreksi keras terhadap kepercayaan kaum Kristen dan Jahiliyah Arab itu. Masalah pemberian sifat atau atribut yang tidak sepatutnya kepada Allah, atau menjadikan sekutu bagi-Nya, adalah tindakan kejahatan yang sangat serius dalam pandangan Allah SWT. Dalam surat Maryam ayat 89-91 disebutkan: “Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menyatakan bahwa Allah yang Maha Rahman mempunyai anak.”

Jadi, pemberian atribut, bahwa Allah mempunyai anak, adalah satu kejahatan besar, sebagaimana disebutkan dalam al-Quranul Karim. Karena itu, seyogyanya, kaum Muslim sangat berhati-hati dalam masalah ini, agar tidak terjatuh ke dalam kemurkaan Allah. Para ulama telah sangat berhati-hati, misalnya, agar dalam merayakan Hari Besar Agama, tidaklah perlu dicampuradukkan antara agama satu dengan agama yang lain. Bahkan Majelis Ulama Indonesia telah mengharamkan apa yang dinamakan dengan “Perayaan Natal Bersama”. Fatwa MUI itu belum pernah dicabut. Ironisnya, ada saja tokoh Islam yang jadi pejabat, yang justru senantiasa hadir dalam acara Perayaan Natal Bersama di JHCC dalam beberapa tahun belakangan ini. Seolah-olah, sudah menjadi satu keharusan, bahwa kalau mau menjadi pejabat tinggi, maka tidak dapat tidak, harus hadir dalam acara keagamaan seperti itu.

Padahal, dalam setiap acara Perayaan Natal Bersama, senantiasa ditampilkan acara yang menunjukkan dan mempropagandakan Isa a.s. sebagai Tuhan Yesus, anak Allah. Kita tidak tahu, apakah setelah sang tokoh menjadi Presiden nanti, tradisi Perayaan Natal Bersama akan semakin dikembangkan? Mudah-mudahan tidak. Lebih parah lagi, sekarang dikembangkan paham yang menyamakan semua agama, yang dikenal sebagai ‘pluralisme agama’. Lucu dan ironisnya, sebagian tokoh, cendekiawan, dan organ dari organisasi Islam besar, seperti Muhammadiyah, juga ikut latah menyebarkan paham ini. Hal itu dapat kita lihat dari isi Jurnal TANWIR yang diterbitkan oleh Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah dan The Asia Foundation. Jurnal ini beralamat di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya No 62, Jakarta.

Nama-nama yang tercantum sebagai Redaktur Ahli juga bukan orang sembarangan, seperti: Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Prof. Dr. Din Syamsuddin, Prof. M Dawam Rahardjo, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, dan sebagainya. Kita bisa menyimak isi edisi ke-2, Vol 1, Juli 2003, yang mengambil judul cover “Wajah Pluralis Islam Modernis”. Disebutkan, bahwa pandangan keagamaan bernuansa inklusif dan bahkan pluralis nampaknya telah dijadikan sebagai salah satu wacana pilihan kaum muda.

Seorang aktivis Muhammadiyah, menulis ungkapan dalam jurnal itu sebagai berikut:

“Perbedaan ‘jalan’ maupun cara dalam praktik ritual tidaklah menjadi sebab ditolak atau tercelanya seseorang melakukan ‘penghormatan’ total kepada apa yang diyakini. Perbedaan jalan dan cara merupakan kekayaan bahasa Tuhan yang memang tidak bisa secara pasti dipahami oleh bahasa-bahasa manusia…

Memperhatikan hal ini, maka tidak perlu lagi mempersoalkan mengapa antara orang Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain sebagainya tampaknya ‘berbeda’ dalam ‘mencapai’ Tuhan. Perbedaan ritual hanyalah perbedaan lahiriah yang bisa ditangkap oleh kasat mata, sedangkan hakikat ritual adalah ‘penghormatan’ atas apa yang dianggap suci, luhur, agung, dan sebagainya. Ritual-ritual hanyalah simbol manusia beragama karena mengikuti rangkaian sistematika tadi.”

Juga ditulis dalam jurnal tadi:

“Perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing agama pada dasarnya bersifat instrumental. Semenbtara di balik perbedaan itu, terkandung pesan dasar yang sama yakni, ketuhanan dan kemanusiaan, yang memungkinkan masing-masing agama dapat melakukan perjumpaan sejati.”

Sebagai Muslim, kita patut bertanya kepada para penulis ungkapan tersebut, apakah mereka benar-benar mengkaji agama-agama yang ada dengan sungguh-sungguh. Berapa banyak Kitab Suci yang sudah mereka baca? Dalam pandangan Islam, masalah ritual bukanlah hal yang sepele, dan perbedaan diantara agama-agama yang ada, bukan hanya perbedaan yang ‘tampaknya berbeda’, tetapi memang sungguh-sungguh berbeda. Bentuk ritual begitu penting, sehingga para ulama merumuskan kaedah, “Hukum asal ibadah adalah haram, sehingga ditemukan adanya dalil yang memerintahkannya.” Ritual dalam Islam sama sekali tidak mengandung unsur budaya atau campur tangan manusia. Ini berbeda dengan ritual agama-agama lain. Lihatlah, bagaimana beragamnya ritual dalam Kristen, dengan tata cara dan bahasa yang begitu beragam. Hari Natal, misalnya, jelas-jelas sebuah ritual yang merupakan kelanjutan tradisi paganisme di wilayah Romawi. Orang Hindu di Malaysia merayakan dua Hari Besar, yaitu Deepavali dan Taipusam. Tetapi, orang Hindu di Indonesia merayakan Hari Besar Galungan dan Nyepi. Mestinya, kaum Muslim bersyukur dengan fenomena agamanya, yang masih begitu kokoh memelihara tradisi ritual sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dengan begitu, kaum Muslim tidak ikut-ikutan terjebak ke dalam propaganda untuk meninggalkan dan membuang Islam, dengan slogan ‘pluralisme’.

Untuk menyebarkan paham pluralisme, seorang aktivis Muhammadiyah menyarankan, agar dilakukan strategi “penyusupan wacana inklusivisme dan pluralisme” ke lembaga-lembaga Islam terbesar seperti NU dan Muhammadiyah. Dikatakan: “Ini penting, tidak saja karena lembaga ini memiliki konstituen terbesar di Tanah Air, tetapi juga karena lembaga ini memiliki ‘jaringan keumatan dan intelektual’ yang sangat luas sehingga menjadi langkah efektif untuk menyebarkan ajaran inklusivisme dan pluralisme menuju ke arah proses kesadaran umat yang inklusif dan pluralis.”

Mengapa Jurnal TANWIR PSAP Muhammadiyah mempromosikan pluralisme? Tentu ini hal yang aneh. Apakah sebab itu, maka lembaga asing seperti The Asia Foundation mau membiayainya? Apakah ini juga merupakan bagian dari “strategi penyusupan” di tubuh Muhammadiyah? Dalam seminar tentang Pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-2 Maret 2004, Dr. Anis Malik Toha memaparkan satu makalah tentang sejarah paham ini, terutama di lingkungan Gereja dan masyarakat Barat. Paham ini, memang dikembangkan dalam setting sosial-politik humanisme sekular Barat. Paham ini sangat memusuhi satu sikap truth claim atau klaim atas kebenaran agamanya sendiri. Biasanya, mereka akan mengutip hasil Konsili Vatikan II, yang mempromosikan corak teologi baru, yang tidak lagi eksklusif.

Padahal, Konsili Vatikan sendiri tetap memerintahkan dilakukannya proses Kristenisasi di seluruh dunia. Kita tentu patut bertanya, jika paham pluralisme ini berkembang, dan umat Islam tidak lagi meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar – sementara propaganda dan misi Kristen terus berjalan – apakah yang akan terjadi? Para penyeru paham ini di kalangan kaum Muslim mestinya menyadari hal itu. Jika ada diantara kalangan Kristen yang menganut atau menyebarkan paham kebenaran semua agama, tidaklah berarti kaum Muslim harus ikut-ikutan, sebab mereka memang mempunyai masalah yang pelik berkaitan dengan konsep Ketuhanan dan otentisitas teks Bible-nya. Jika mereka masuk ke lobang biawak, mengapa kaum Muslim harus ikut juga? Lagi pula, apa salahnya jika kaum Muslim meyakini kebenaran agamanya? Bukankah itu merupakan hal yang wajar dan harus! Sebab, kenyataannya, Islam memang berbeda dengan Kristen, berbeda dengan Yahudi. Konsep Tuhan antara Islam dan Kristen jelas berbeda. Karena Tuhannya orang Islam tidak punya anak.

Sebab itu, kita sungguh prihatin akan fenomena ini. Sementara misi Kristen terus berjalan dan proses penghancuran aqidah terus berlangsung melalui berbagai paham dan sarana, justru di kalangan organisasi Islam, muncul gerakan penghancuran aqidah Islam secara masal. Kaum misionaris Kristen dulu sadar benar, bahwa misi terberat mereka adalah ketika harus berhadapan dengan kaum Muslim. Mereka tahu letak kekuatan Islam, yaitu pada konsep tauhid-nya. Jurnal ‘Misi Kristen’ The Modlem World, edisi Oktober 1946, memuat ungkapan J. Christy Wilson, seorang tokoh Misionaris Kristen, bahwa: “Evangelism for Mohammedans is probably the most difficult of all missionary tasks.”

Tokoh misionaris Kristen, Samuel Zwemmer juga mengakui, bahwa kekuatan Islam adalah terletak dalam karakter Islam sebagai agama tauhid. “The chief factor in this problem, however, is the character of Islam itself as a theistic faith… The strength of Islam is in its tremendous and fanatical grasp on the one great truth – monotheism.”

Untuk itulah, sangat bisa dihapami, jika salah satu upaya serius dari para misionaris Kristen di dunia Islam, adalah meruntuhkan fanatisme kaum Muslim terhadap Islam sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan keselamatan. Maka, sangatlah aneh bin ajaib, jika upaya meruntuhkan keyakinan kaum Muslim itu justru di kemudian hari dilakukan oleh para tokoh Islam sendiri.

Kita bisa bayangkan, andaikan Zwemmer masih hidup, ia akan tersenyum penuh kemenangan. Masalah iman dan pemurtadan adalah soal terpenting dalam kehidupan. Ini jauh lebih penting dari pesta pemilihan Presiden 2004. Siapa pun Presiden yang terpilih nanti, kita wajib mengingatkan kepadanya, bahwa masalah iman adalah masalah terpenting, dan pemurtadan terhadap kaum Muslim adalah bahaya besar, bagi umat Islam, dan bagi bangsa Indonesia. Apa artinya bangsa ini yang mayoritasnya Muslim, jika keislaman mereka hanya tinggal nama saja? Wallahu a’lam.
 

Kamis, 09 Juni 2011

Air Mata Ibu


Ibu menangis. Air mata mengucur di pipinya yang cekung. Ketika itu aku baru selesai berdzikir setelah mengimaminya. Tasbih ditangannya terus berputar, bersama dzikir yang terus terlantun dari bibirnya. Ibu khusyuk dalam isak dan deraian air mata.  "Kenapa Ibu menangis?" pertanyaan itu terpaksa kusimpan. Aku tidak akan mengganggu Ibu yang masih khusyuk dengan dzikir. Aku memikirkan berbagai kemungkinan penyebab menangisnya Ibu. Mungkinkah kematian Bapak? Tapi,  bukankah kematian Bapak sudah lama sekali? Sudah lima tahun. Atau karena tanah kuburan Bapak yang tidak mendapat izin untuk dibeton dan hanya boleh didirikan batu nisan. Hal itu tidak akan membuat Ibu menangis. Aku sangat  mengenal Ibu. Ibu paling tidak menyukai hal-hal yang berbau kemewahan. Ibu  selalu ingin menginginkan kesederhanaan. Kenapa Ibu menangis? Sayang aku sangat jarang pulang dan tidak bertemu Ibu setiap hari. Hingga aku kurang mengetahui keadaan Ibu belakangan ini. Mungkin ada suatu persoalan yang membebaninya.... Bertengkar dengan seseorang? Ah rasanya tidak. Setahuku Ibu tidak punya musuh. Ia selalu mengalah setiap kali berbenturan dengan orang lain. Ibu lebih banyak diam daripada mengomel. Tidak mungkin rasanya Ibu bertengkar dengan orang lain, karena memang itu bukan kebiasaan Ibu.  Tapi kenapa Ibu menangis? Ibu belum juga selesai berdzikir. Aku sudah selesai sejak lima menit lalu. Aku sudah berdoa, mohonkan ampun atas dosa Ibu dan Bapak yang telah mengasuhku sejak kecil. Ibu belum juga usai.  Aku berdiri dan meninggalkan Ibu sendirian di ruang shalat dengan tetap menyimpan pertanyaan, kenapa Ibu menangis? Kutunggu Ibu di ruang makan.  Bukankah Ibu selalu khusyuk dalam shalat? Kembali aku dibayang
berbagai kemungkinan. Bukankah Ibu tidak pernah lupa mendirikan shalat, mengaji dan  berdzikir? Bukankah Ibu paling senang mendengarkan ceramah di masjid?  Bukankah Ibu juga tidak melewatkan acara wirid? Bukankah Ibusudah cukup punya bekal untuk menghadapi segala cobaan...
Tapi kenapa Ibu sampai menangis?  Karena aku mengimami Ibukah? Mustahil! Bukan sekali ini saja aku mengimami Ibu. Sudah berulang kali.  Hampir setiap kali pulang ke rumah aku mengimami Ibu, terutama saat  shalat maghrib dan isya. Ibu sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih. Tujuh orang anak merupakan  berkah yang selalu disyukurinya dan kami semua kini sudah besar. Aku yang  bungsu sudah duduk di perguruan tinggi. Aneh rasanya kalau Ibu masih  bersedih hati diusianya yang senja ini. Seharusnya Ibu banyak tertawa dan  bercanda bersama cucu-cucunya. Bukankah cucu-cucunya selalalu bersamanya  setiap hari?  "Sudah makan Yung?" tanya Ibu mengagetkanku. Ibu muncul dengan senyum  mengembang. Tak kulihat bekas tangisan di wajahnya. Mungkin sudah dihapus. "Belum Bu, Ayung menunggu Ibu."
"Ibu sudah makan." "Kapan? Bukankah hidangan ini belum disentuh siapapun? Ayolah
Bu, Ayung  sudah rindu ingin makan bersama Ibu." "Makanlah!" kata Ibu sambil menarik kursi. Aku pun mulai
menyanduk nasi  dan mengambil beberapa sendok sambal. Tapi Ibu tetap saja tidak makan  nasi. Ia hanya mengambil panganan dan memakannya."Bagaimana kuliahmu?" "Alhamdulillah Bu, berkat doa Ibu."
"Belanja harianmu bagaimana?" pertanyaan yang tidak pernah kuinginkan ini selalu meluncur dari bibir Ibu. Pertanyaan itu kurasakan bagai keluhan  dalam hidup. Kuakui selama kuliah aku harus berusaha dan bekerja keras  untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Uang kost, transport dan kebutuhan  kuliah. Memang, yang namanya usaha kadang-kadang dapat, kadang tidak.  Ketika dapat alhamdulillah. Aku bisa makan dan membeli kebutuhan lain.  Jika tidak, maka mau tidak mau aku aku harus puasa. Hal ini yang sering  aku alami. Tapi persoalan ini tidak pernah kuceritakan kepadasiapapun,  termasuk Ibu dan saudara-saudaraku. Aku takut terlalu banyak mengeluh.

"Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan rejeki Bu," selalu kujawab begitu.  Biasanya Ibu tidak akan bertanya lagi setelah itu.  "Bu!" sapaku ketika Ibu terdiam.  "Mmm," jawab Ibu.  "Kenapa seusai shalat tadi Ibu menangis?" Ibu terdiam mendengar  pertanyaanku.  "Ayung cemas melihat Ibu menangis. Ibu masih diam. Aku menyelesaikan suapanku, setelah itu membasuh tangan  dan melapnya dengan serbet.  Ibu masih diam, tapi di matanya kulihat airmata mulai berlinang.  Setelah itu berceritalah Ibu. Seminggu yang lalu di surau Balenggek tempat Ibu selalu sembahyang berjama'ah, ada ceramah agama mingguan. Ketika itu penceramahnya datang dari luar daerah. Ibu mengikuti ceramah tentang anak yang berbakti kepada  orang tua dan anak yang shalih..

"Anak-anak yang shalihlah yang menyelamatkan orang tuanya dari api neraka,  karena doa anak yang shalih sangat didengar oleh Allah swt," kata ustad. "  Tapi sebaliknya orang tua tidak selamat dari api neraka jika
anak yang  dididiknya tidak mampu menjalankan ibadah dan tidak pandai membaca  Alquran.

"Walaupun orang tuanya sendiri taat beribadah?" tanya Ibu waktu itu.  "Ya, apa artinya kita taat tapi tidak membuat anak taat kepada Tuhannya.  Apalagi sampai tidak bisa sembahyang dan mengaji, anak yang jauh dari  perintah Allah dan mendekati laranganNya. Maka orang tuanya di akhirat  akan ditanya tentang anak-anaknya. Maka sia-sialah ketaatan orang tua jika  di akhirat nanti anak mengakui dirinya tidak dididik oleh orang tuanya  untuk taat beribadah. Tidak pernah menegur, memukul bahkan menamparnya,  jika lalai menjalankan perintah agama."  Ketika itu Ibu menyadari apa yang sudah dilakukannya selama ini. Ibu ingat  Jai, Jou, Han dan Fai. Saat itulah Ibu merasa hidup dan ketaatannya selama  ini tak berarti sama sekali. Sejak itu Ibu banyak diam dan melamun.  Anak-anaknya sampai sekarang tidak pernah membaca Alquran di rumah dan  jarang sembahyang, bahkan tidak pernah sama sekali. Ibu merasa bersalah  setelah mendengar ceramah itu. Ibu menyadari bahwa ia tidak mendidik  anak-anaknya sesuai ajaran agama. Ibu selalu tidak tega memarahi anaknya,  dan melihat anaknya menangis, apalagi kalau ada yang murung dan kesal. Mungkin itulah sebabnya anak-anak Ibu banyak yang tidak dapat membaca  Alquran Ibu tidak pernah tega memaksa mereka untuk belajar Ibupun tidak  marah. Bukankah ini berarti Ibu tidak sanggup mendidik anak. Bukankah Ibu  gagal menjadi orang tua?  "Tapi Bu, bukankah Ayung selalu taat sembahyang dan membaca Alquran? Dan  Ayung selalu berdoa untuk Ibu dan Bapak? Lantas apa artinya usaha Ayung selama ini Bu?" kataku kepada Ibu.
"Terima kasih Yung, Ibu sangat bangga padamu. Ibu senang kamu mampu  menjadi imam untuk Ibu. Ibu pun selalu berdoa untukmu. Yang Ib pikirkan  adalah kakak-kakakmu yang tidak mampu membaca Alquran dan
tidak  menjalankan shalat."

Kuakui selama ini memang hanya aku dan ibu yang shalat berjama'ah, walaupun sebenarnya kakak-kakakmu sedang berada di ruamh. Mereka lebih suka duduk di lapau dan sepertinya tidak menghiraukan panggilan azan yang  berkumandang dari masjid. Dan Ibu tidak pernah menegur hal itu. Aku pun  tidak pernah mempersoalkan mereka. Sementara aku merasa takut, selain  karena lebih kecil juga karena aku takut menca  mpuri urusan mereka.

"Itulah Yung. Ibu merasa sedih. Kamulah satu-satunya anak Ibu yang taat,  yang mengimami Ibu, walaupun kamu yang terkecil. Entahlah.. Ibu sudah  semakin tua, ajal sudah di ambang pintu. Ternyata Ibu masih
meninggalkan  banyak pekerjaan yang tidak selesai, ternyata Ibu tidak mampu mendidik  kalian dan kalian ternyata tidak bisa mendidik diri sendiri," kata Ibu  terisak.

Air mataku mengalir tanpa terasa.  "Ada apa? Kok Ibu menangis? Ini pasti ulah kamu Yung! Kamu tidak  henti-hentinya membuat Ibu sedih, dan menangis. Tahukah kamu bahwa membuat orang tua bersedih hatinya itu dosa?" Tiba-tiba Han kakakku yang nomor  tiga datang dan memarahiku.  "Sebagai anak laki-laki kamu jangan terus-terusan bersama Ibu, itu cengeng  namanya. Lihat tuh di lepau orang-orang ramai. Duduklah di sana biar orang  tahu bahwa kita bermasyarakat. Bukan dalam rumah,"  katanya lagi sambil menekan kepalaku.
"Jangan kasar begitu pada adikmu Han. Ia kan baru sele...,"
"Kalau tidak seperti itu, ia akan lembek seperti perempuan Bu,
yang  duduknya cuma di dapur."  "Tapi ia kan masih kuliah."  "Aah. Ibu selalu membelanya, mentang-mentang ia kuliah. Walaupun Han tidak  pernah kuliah, Han ini anak Ibu. Sekurang ajar apapun aku yang melahirkan  Han adalah Ibu. Tapi kenapa dia, Ibu perlakukan berbeda dengan Han?" Han  menunjuk-nunjuk diriku.  Mendapat serangan kata-kata seperti itu, Ibu menangis lagi. Aku hanya  terdiam terpana ketika Han kemudian berlalu dan tidak menghiraukan tangis  Ibu.  Air mata Ibu mengalir lagi. Ingin aku menghapusnya, tapi bagamana dengan kesedihannya? Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma, kamarabbayana  saghiraa. Amin. Hanya itu yang mampu kulakukan.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More