Welcome to My website

Selamat datang di website pribadi saya. Tidak neko-neko, disini saya hanya ingin berbagi apa yang bisa saya bagi.

Terima kasih telah berkunjung...

Semoga Bermanfaat
OpulentDelicacy.com

Rabu, 27 Juli 2011

Download Qur'an untuk Handphone

Alhamdulilah tidak lama lagi kita masih diberikan umur sampai bulan sya’ban dan sebentar lagi ramadhan yang kita tunggu akan tiba. Dengan kesempatan ini (bertemu dengan bulan ramadhan kembali) tentunya kita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini, yaitu waktu dimana Allah melipat gandakan pahala bagi yang beramalan baik pada bulan ini. Nah untuk melengkapi indahnya semarak ramadhan, mari kita budayakan membaca al-Qur’an dimanapun berada. Untuk itu saya bagi-bagi aplikasi java untuk mobile phone teman-teman semua.
Silahkan download disini!


Atau silahkan pilih dengan kriteria mobile phone anda di bawah ini!.. 
Berikut ini beberapa daftar software AlQuran untuk gadget Anda:


Palm:
  • Besar file: 256.1 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link : klik disini!
SmartPhone 2002
  • Besar File: 289.3 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
Symbian S60
  • Besar File: 252.3 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
Nokia 9500 dan 9300 Series
  • Besar File: 253.2 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
Symbian UIQ
  • Besar File: 251.6 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
Symbian S90
  • Besar File: 265.7 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
JAVA MIDP 2.0
  • Besar File: 303.7 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
BlackBerry
  • Besar File: 269.7 kb
  • Jenis File: zip
  • Download link: klik disini!
Informasi:
Untuk Versi Java dapat berjalan baik di layar beresolusi 128×128 pixels(ex motorola C380)
Selamat Mencoba!

Marhaban Ya Ramdhan

O People! The month of Allah (Ramadan) has approached you with His mercy and blessings. This is the month that is the best of all months in the estimation of Allah. Its days are the best among the days; its nights are the best among the nights. Its hours are the best among the hours.
This is a month in which he has invited you. You have been, in this month, selected as the recipients of the honors of Allah, the Merciful. In this holy month, when you breathe, it has the Sawab/thawab (heavenly reward) of 'Tasbeeh' (the praise of Allah on rosary beads), and your sleep has the thawab of worship.
Your good deeds are accepted in this month. So are your invocations. Therefore, you must invoke your Lord, in right earnest, with hearts that are free from sins and evils, that Allah may bless you, observe fast, in this month, and recite the Holy Qur'an.
Verily! The person who may not receive the mercy and benevolence of Allah in this month must be very unfortunate having an end as bad (in the Hereafter). While fasting, remember the hunger and thirst of tomorrow in Qiyamat. Give alms to the poor and the needy. Pay respects to your elders.
Have pity on those younger than you and be kind towards your relatives and kinsmen. Guard your tongues against unworthy words, and your eyes from such scenes that are not worth seeing (forbidden) and your ears from such sounds that should not be heard by you.
Be kind to orphans so that when your children become orphans they also may be treated with kindness. Do invoke that Allah may forgive your sins. Do raise your hands at the time of Salat (Prayers), as it is the best time for asking His mercy. When we invoke at such times, we are answered by Him, when we call Him, He responds, and when we ask for anything, it is accepted by Him.
O People! You have made your conscience the slave of your desires; make it free by invoking Him for Istighfar (repentance/forgiveness). Your back is breaking under the heavy load of your sins, so prostrate before Him for long intervals and make it lighter.
Do understand fully well that Allah has promised in the name of His Majesty and Honor that He will not take to task such people who fast and offer Salat in this month and perform 'sajda' (prostration), and will guard their bodies against the Fire of Hell on the Day of Judgment.
O People! If anybody amongst you arranges for the 'Iftar' (food for the ending of the fast) of any believer, then Allah will give him a reward as if he has set free a slave. He will forgive his minor sins.
Then the companions of the Prophet (S.A.W.) said: "But everybody amongst us does not have the means to do so?"
The Prophet told them: - Keep yourself away from the Fire of Hell, by inviting for 'Iftar', though it may consist of only half a date or simply with water if you have nothing else. O People! Anybody who may cultivate good manners in this month will walk over the 'Siraat' (Bridge) in 'Qiyamat', though his feet may be shaking.
Anybody who in this month may take light work from his servants (male or female), Allah will make easy his accounting on the Day of Judgment.
Anybody who does not tease others in this month, Allah will keep him safe from His wrath in Qiyamat. Anybody, who respects and treats an orphan with kindness in this month, Allah shall look at him with dignity in Qiyamat. Anybody who treats well his kinsmen, in this month, Allah will bestow His mercy on him in Qiyamat, while anybody who maltreats his kinsmen in this month, Allah will keep him away from His mercy, in Qiyamat.
Whoever offers 'Sunnat' (Recommended) prayers in this month, Allah will give him a certificate of freedom from Hell. Whosoever offers one 'Wajib' Salat in this month, for him the Angels will write the rewards of 70 such prayers, which were offered by him in any other months.
Whosoever recites repeatedly 'Salat and salam' on me, Allah will keep the scales of his deeds heavy, when in Qiyamat the scales of others will be tending towards lightness.
Whosoever recites in this month only one 'Ayat' (verse of the Holy Qur'an), he will be rewarded in a manner as if he had recited the full Qur'an in the other months.
O People! The Gates of Paradise remain opened in this month. Do invoke that the gates may not be closed on you, while the Gates of Hell are closed. Do invoke that these gates may never be opened. During this month Shaytan (Saten) is imprisoned so ask your Lord not to let him have power over you.

Minggu, 24 Juli 2011

Membuat Kategori/Label pada blogspot

Artikel-artikel yang diposting pada blog kita, kadang memang perlu untuk dikelompokkan atau dikategorikan sesuai dengan tema/topiknya. Dengan adanya pengkategorian atau pengelompokan artikel yang telah diposting dapat lebih mempermudah bagi para pembaca untuk memilih artikel mana yang ingin dibaca. Di Blogger untuk membuat kategori dikenal dengan istilah Label.

Dalam tulisan kali ini saya akan mencoba menuliskan mengenai bagaimana cara untuk membuat kategori atau label. Pertama-tama yang harus kamu lakukan yaitu membaca "Bismillah" he..he.. :)
Login ke blogger lalu Klik Posting --> Edit Post

* Membuat Kategori / Label
Pilih atau beri tanda centang pada artikel yang ingin diberi label/dikategorikan. Lalu pada Combo box (yang ada tulisannya "label action") pilih "New Label" lalu beri nama label tersebut.
jadi deh...

* Menghapus Kategori / Label
Beri tanda centang pada postingan yang ingin dihapus labelnya, trus klik combo box trus klik label dibawah tulisan "Remove label", Nha jadi deh....

* Mengganti Kategori / Label
Hapus dulu label yang ada, kemudian kasih label baru.

Trus bagaimana cara memasang/menampilkannya di blog?
Gini nih caranya:
1. Klik Template --> Page Elements
2. Tambahkan page elements kemudian pilih Label trus disitu atur sendiri :P
mudah bukan?

Nah tadi tutorial menambahkan laber bagi yang sudah ada postingnya (tinggal edit doank). Trus bagai mana kalau pada tulisan baru???
Ini dia caranya…
Setelah menuliskan artikel anda tinggal tuliskan label dari tulisan anda..lihat gambar dibawah ini!
membuat label

 Pada kotak yang berisi tulisan Label silahkan isi dengan kata yang anda inginkan...saya kira cukup sekian. Thanks...salam bloggers

Kamis, 21 Juli 2011

Racun Hati

Jangan meremehkan dosa! Sebab banyak manusia yang masuk neraka dan menjadi penghuninya disebabkan dosa-dosa yang mereka anggap ringan. Seperti juga banyak manusia yang terjerumus dalam perbuatan zina karena meremehkan pandangan mata. Mengira tidak ada pengaruh negatif dari mata mereka yang liar, memandang hal-hal yang diharamkan Allah.
Padahal, pandangan adalah utusan syahwat. Membakar gairah, memunculkan bermacam keinginan –yang sebagiannya bisa jadi kita tidak mampu bersabar menanggung akibatnya-, meracuni hati dan meninggalkan luka padanya, juga menghasilkan penyesalan. Bukankah ia adalah salah satu panah beracunnya Iblis, laknatullah ‘alaihi?
Racun-racun yang Lain
Selain banyak memandang, ada hal-hal lain yang tampak sepele namun sesungguhnya sangat membahayakan hati kita. Perkara-perkara ini akan memunculkan iradah (keinginan) yang menyimpang, menyebabkan hati menjadi sakit, kemudian menghancurkannya. Maka menjadi sangat penting bagi pendamba hati yang bening untuk mewaspadainya.
Banyak Bicara
Yang pertama adalah banyak bicara. Kenapa? Umar bin Khaththab aberkata, “Barangsiapa yang banyak bicaranya, banyak kesalahannya. Barangsiapa yang banyak kesalahannya, akan banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya,maka neraka adalah tempat yang pantas baginya.” Maka, hati-hatilah jika berbicara! Agar untaian kata yang meluncur keluar dari lisan kita, bukanlah kata-kata yang sia-sia tanpa makna.
Gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh paling ringan,.yang justeru karena ringannya ini, banyak ucapan yang mendatangkan madharat bagi manusia. Di samping permusuhan, kebencian dan akibat negatif yang lain, banyak berbicara juga akan mengeraskan hati, kemudian menjauhkan mereka dari Allah. Bisa saja mereka mengucapkan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa menyadarinya, kemudian kita masuk neraka karenanya. Naudzubillahi min dzalika!
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya, ada manusia mengucapkan kalimat yang dianggapnya biasa, namun dia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun karenanya.” (HR. at Tirmidzi.)
Umar bin Khathab pernah mengunjungi Abu Bakar yang sedang menarik lidah dengan tangannya. “Inilah benda yang akan menjerumuskanku ke neraka,” Abu Bakar menjawab pertanyaan Umar.
Marilah bermohon kepada Allah, agar untaian kalimat yang kita ucapkan membawa keuntungan dan manfaat bagi agama, dunia dan akhirat. Agar kita bisa berbicara yang baik-baik, atau diam saja. Ibnu Mas’ud berkata, “Wahai lisan, ucapkanlah kalimat yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Diamlah dari mengucapkan yang buruk-buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!”
Maka, kebersihan hati bisa dirasakan lewat lisan. Karena ucapan mengisyaratkan apa yang terpendam dalam hati, baik kita sadar ataupun tidak. Yahya bin Mu’adz berkata,”Hati ibarat kuali yang mendidihkan isinya. Sedang lisan ibarat centong pengambilnya .” Artinya, jika dengan centong kita bisa merasakan rasa satu masakan, kita juga bisa mencicipi hati seseorang lewat lisannya.
Maka benarlah sabda baginda Rasulullah, “Iman seseorang tidak akan lurus sebelum hatinya lurus sedang hati tidak akan lurus sebelum lisannya lurus.”
Banyak Makan
Salah satu yang bisa membuat hati menjadi lembut, daya pikir menguat, hawa nafsu dan sifat marah melemah, adalah laparnya perut. Maka alangkah bagusnya jika kita bisa makan seperlunya dan tidak berlebihan. Sebab banyak makan termasuk salah satu racun hati, yang akan memberi akibat sebaliknya dari hal-hal di atas.
Rasulullah bersabda,
“Tidak ada bejana yang diisi anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga perutnya untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya! ” (HR.at Tirmidzi)
Kemajuan bidang kuliner yang luar biasa, menyediakan makanan lezat berlimpah di sekitar kita. Jika tidak waspada, kita akan tergoda mencobanya. Kadang kita malah tidak peduli dengan kehalalannya. Bejana paling buruk ini memang bisa menyeret kita pada makan secara berlebihan. Banyak makan membuat kita banyak minum, kemudian banyak tidur. Setelah itu banyak hal buruk yang mengintai sebagai akibatnya.
Obesitas (kegemukan) adalah salah satu contohnya. Ada lagi kekenyangan yang seringkali membuat kita malas dan berat mengerjakan ibadah, juga dorongan untuk berbuat maksiat yang lebih kuat. Bukankah banyak kemaksiatan yang berawal dari perut yang kekenyangan? Maka, barangsiapa yang bisa menjaga perutnya dari keburukan, sesungguhnya dia telah menjaga dirinya dari keburukan yang lebih besar.
Seperti ucapan Ibrahim bin Adham,”Barangsiapa memelihara perutnya, akan terpelihara diennya. Barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlak yang baik. Karena sesungguhnya kemaksiatan kepada Allah itu jauh dari hamba yang lapar, dan dekat kepada hamba yang kenyang .”
Banyak Bergaul
Kuper alias kurang pergaulan? No way! Demikian ucapan yang sering kita dengar di telinga. Seolah-olah hal itu adalah keburukan total yang tidak ada kebaikan lagi baginya. Karena itu, banyak yang kemudian berlomba menjadi manusia gaul, sepertinya bagus dan keren jika disebut begitu. Banyak media, -cetak maupun elektronik- yang memandu penikmatnya cara-cara gaul paling moderen, lengkap dengan segala pernik-perniknya. Benarkah bergaul banyak, bermanfaat banyak?
Jawabannya, tidak selalu! Karena bergaul ibarat makanan. Tidak semuanya lezat dan menyehatkan. Banyak juga makanan yang tampak membangkitkan selera, ternyata adalah junk food (makanan sampah), yang bukan saja tidak memberikan gizi seimbang, namun malah membahayakan kesehatan. Yang lezat dan bergizi saja jika berlebihan juga bisa menimbulkan akibat negatif.
Seperti itu juga bergaul. Ia bisa menambah ilmu dan wawasan, memperluas jaringan pertemanan, atau sebagai realisasi ke-makhluk sosial-an kita, yang karenanya menjadi baik dan dibutuhkan asal tidak berlebihan. Namun banyak juga bentuk bergaul yang malah menimbulkan madharat. Membuat kita akrab dengan maksiat dan kejahatan, atau minimal mengurangi nilai ibadah kita.
Dalam bergaul, ada empat tipe manusia. Ketepatan kita mengklasifikasikannya akan membantu kita memilih mana yang bisa kita ajak bergaul, dan mana yang harus kita singkiri. Kesalahan melakukan klasifikasi akan mendatangkan bencana yang merugikan.
Empat Tipe Manusia
Para ulama adalah tipe makanan bergizi. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan yang nyata, karena kebutuhan kita yang demikian besar kepada mereka. Ibarat makan yang kita butuhkan pagi, siang dan malam, pergaulan dengan mereka mutlak harus kita lakukan. Mereka memahami perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, tipu daya musuh-musuh Allah, penyakit-penyakit hati beserta obatnya, juga keteladanan dalam kesetiaan kepada Allah dan Rasulullah.
Tipe obat adalah tipe yang kita perlukan sekedarnya saat kita sakit. Jika kita sehat, kita tidak memerlukan untuk bergaul dengan tipe ini. Bukankah obat tidak kita perlukan saat sehat badan? Mereka adalah para profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan semacamnya. Kita membutuhkan mereka untuk memperlancar urusan maisyah (mata pencaharian) kita.
Ada tipe penyakit, bergaul dengan mereka berarti mengkonsumsi penyakit. Setelah kita tertular, seringkali butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. Mereka adalah orang-orang yang tidak membawa keuntungan dunia akhirat, namun malah merugikan. Salah satunya atau kedua-duanya.
Ada juga pergaulan yang bisa membinasakan kita secara total. Ini adalah tipe racun. Tidak ada kebaikan sama sekali bergaul dengan mereka. Para ahli bid’ah, penghalang sunnah, penyeru kesesatan serta dai-dai kemaksiatan termasuk dalam kategori ini. Sebagai hamba yang berakal tentu saja kita wajib menjauhi mereka sekuat tenaga.
Akhirnya, membersihkan hati salah satunya dengan menyelamatkan hati dari racun-racun yang ada. Semoga kita berhasil. Wallahu Musta’an.

Rabu, 20 Juli 2011

Masa Kemajuan Islam (650-1000 M)

Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan"nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (Komandan orang-orang yang beriman).

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.

Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.

Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu'awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:

Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan khalifah-khalifah sesudahnya sering bertindak otoriter .

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More