Welcome to My website

Selamat datang di website pribadi saya. Tidak neko-neko, disini saya hanya ingin berbagi apa yang bisa saya bagi.

Terima kasih telah berkunjung...

Semoga Bermanfaat
OpulentDelicacy.com

Selasa, 31 Mei 2011

Download Maher Zain (Full Album Thank You Allah)

Maher Zain berasal dari Mediterania kota Tripoli - Lebanon.
Nya Album baru "Terima kasih Allah" campuran suara R & B dengan nasyid tradisional dan pop. Ini adalah bukti terang dan bersinar kepada iman kepada Allah dan pujian atas rahmat-Nya yang tak terhitung jumlahnya.
Link download full album ada dibawah silahkan di genjot....






» RELATED SONG
1. Maher Zain - Thank You Allah - Full Album 2011
2. Maher Zain - Insha Allah (Feat. Fadly Padi)
3. Maher Zain - Thank You Allah
4. Maher Zain - Sepanjang Hidup
5. Maher Zain - The Chosen One
6. Maher Zain - Always Be There
7. Maher Zain - Allahi Allah kiya karoi (Feat. Irfan Makk)
8. Maher Zain - Awaken
9. Maher Zain - Baraka Allahu Lakuma
10. Maher Zain - For the Rest of My Life
11. Maher Zain - Hold My Hand
12. Maher Zain - Open Your Eyes
13. Maher Zain - Palestine Will Be Free
14. Maher Zain - Salam Alayka
15. Maher Zain - Insya Allah (Feat. Fadly Padi)


Maher Zain - Full Album Thank You Allah (2011).rar - 46.9 MB klik disini!

Senin, 30 Mei 2011

Masa Kemajuan Islam (650-1000 M) - Khilafah Rasyidah

Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan"nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (Komandan orang-orang yang beriman).

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.

Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.

Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu'awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:

Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan khalifah-khalifah sesudahnya sering bertindak otoriter .

Rabu, 25 Mei 2011

SEJARAH KABUPATEN LEBAK


Sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Banten, Kabupaten Lebak dengan luas Wilayah 304.472 Ha, sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Banten.
Berkaitan dengan Hari Jadi Kabupaten Lebak yang jatuh pada tanggal 2 Desember 1828,  terdapat beberapa catatan sejarah yang menjadi dasar pertimbangan, antara lain :

1.Pembagian Wilayah Kesultanan Banten

   Pada tanggal 19 Maret 1813, Kesultanan Banten dibagi 4 wilayah yaitu :

    - Wilayah Banten Lor
    - Wilayah Banten Kulon
    - Wilayah Banten Tengah
    - Wilayah Banten Kidul

Ibukota Wilayah Banten Kidul terletak di Cilangkahan dan pemerintahannya dipimpin oleh  Bupati yang diangkat oleh Gubernur Jendral Inggris (RAFFLES) yaitu TUMENGGUNG SURADILAGA.


2. Pembagian Wilayah Keresidenan Banten

Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828, Wilayah Keresidenan Banten dibagi menjadi 3 (tiga)  Kabupaten yaitu :
      - Kabupaten Serang
      - Kabupaten Caringin
      - Kabupaten Lebak

Wilayah Kabupaten Lebak, berdasarkan pembagian diatas memiliki batas-batas yang meliputi District dan Onderdistrict yaitu :

a. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict Sajira,
b. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak Parahiang.
c. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek,
d. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan Onderdistrict  Madhoor (Madur).


3. Pemindahan Ibukota Kabupaten Lebak
Pada tahun 1851, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, nomor 15 tanggal 17 Januari 1849, Ibukota Kabupaten Lebak yang saat itu berada di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung. Pelaksanaan pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1851.


4. Perubahan Wilayah Kabupaten Lebak
Wilayah Kabupaten Lebak yang pada tahun 1828 memiliki District, dengan terbitnya  Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 29 Oktober 1828, Staatsblad nomor 266 tahun 1828,   diubah  menjadi :

- District Rangkasbitung,  meliputi  Onderdistrict Rangkasbitung, Kolelet Wetan, Warunggunung dan Onderdistrict Cikulur.
- District Lebak, meliput Onderdistrict Lebak, Muncang, Cilaki dan Cikeuyeup.
- District Sajira meliputi Onderdistrict Sajira, Saijah, Candi dan Maja.
- District Parungkujang, meliputi Onderdistrict Parungkujang, Kumpay, Cileles dan Bojongmanik.
- District Cilangkahan, meliputi Onderdistrict Cilangkahan, Cipalabuh, Cihara dan Bayah.
5. Tanggal 14 Agustus 1925
   Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1925, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 Kabupaten Lebak menjadi daerah Pemerintahan yang berdiri sendiri dengan wilayah meliputi District Parungkujang, Rangkasbitung, Lebak dan Cilangkahan.


6. Tanggal 8 Agustus 1950
Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan rangkaian sejarah  tersebut kami berpendapat bahwa titi mangs  tepat untuk ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Lebak adalah tanggal 2 Desember 1828, dengan dasar pemikiran dan pertimbangan sebagai berikut :

a. Tanggal 2 Desember 1828, berdasarkan Staatsblad Nomor 81 tahun 1828 merupakan titik awal pembentukan 3 (tiga) Kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Banten dan nama Lebak mulai diabadikan menjadi nama Kabupaten dengan batas-batas wilayah yang lebih jelas sebagaimana tercantum dalam pembagian wilayah ke dalam District dan Onderdistrict (Kewedanaan dan Kecamatan). Walaupun terdapat perubahan nama dan penataan kembali wilayah District dan Onderdistrict tersebut, wilayah Kabupaten Lebak dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana tertuang dalam Staatsblad nomor 226 tahun 1828, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 dan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, merupakan wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana adanya saat ini.
Sebelum adanya Staatsblad nomor 81 tahun 1828, selain nama Lebak belum pernah diabadikan  batas wilayah untuk Kabupaten yang ada di wilayah Banten karena belum adanya kejelasan yang dapat dijadikan dasar penetapan.

b. Tanggal 2 Desember 1828 yang bertepatan dengan saat diterbitkannya Staatsblad nomor 81 tahun1828,  tidak dijadikan dasar penetapan sebagai Hari Jadi bagi dua Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Serang dan Pandeglang.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lebak beserta seluruh aparat serta dukungan seluruh masyarakat Kabupaten Lebak melalui wakil-wakilnya di DPRD,  telah berhasil menentukan Hari Jadi Kabupaten Lebak dengan lahirnya Keputusan DPRD nomor 14/172.2/D-II/SK/X/1986, yang memutuskan untuk  menerima dan menyetujui bahwa  Hari Jadi Kabupaten Lebak jatuh pada tanggal 2 Desember 1828 beserta rancangan peraturan daerahnya.

MUHAMADIYAH DAN GERAKANNYA

Ahmad Badawi lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1902 sebagai putra ke-4. Ayahnya bernama KH. Muhammad Fakih (yang merupakan salah satu Pengurus Muhammadiyah pada tahun 1912 sebagai Komisaris), sedangkan ibunya bernama Nyai H. Sitti Habibah (yang merupakan adik kandung dari KH. Ahmad Dahlan). Jika dirunut silsilah dari garis ayah, maka Badawi memiliki garis keturunan dari Panembahan Senopati. Dalam keluarga Badawi sangat kental dengan ditanamkan nilai-nilai agama. Dan ini sangat mempengaruhi perilaku hidup dan etika kesehariannya. Di antara saudara-saudaranya, Badawi memiliki kelebihan, yaitu senang berorganisasi. Hobinya ini menjadi ciri khusus baginya yang tumbuh sedari masih remaja, yaitu ketika ia masih menempuh pendidikan. Sejak masih belajar mengaji di pondok-pondok pesantren, dia sering membuat kelompok belajar/ organisasi yang mendukung kelancaran proses mengajinya.
Usia dininya dilalui dengan belajar mengaji pada ayahnya sendiri. Pada tahun 1908-1913 menjadi santri di Pondok Pesantren Lerab Karanganyar. Di pesantren ini ia belajar banyak tentang nahwu dan sharaf. Pada tahun 1913-1915 ia belajar kepada ustadz KH. Dimyati di Pondok Pesantren Termas Pacitan. Di pesantren ini, ia dikenal sebagai santri yang pintar berbahasa Arab (Nahwu dan Sharaf) yang telah didapat di Pondok Lerab. Dan pada tahun 1915-1920 Ahmad badawi mondok di Pesantren Besuk, di Wangkal Pasuruan. Akhirnya ia mengakhiri pencarian ilmu agama di Pesantren Kauman dan Pesantren Pandean di Semarang pada tahun 1920-1921. Sedangkan pendidikan formalnya hanya didapatkan di Madrasah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kauman Yogyakarta, kemudian berubah menjadi Standaarschool dan kemudian menjadi Sekolah Dasar.
Tumbuhnya organisasi-organisasi kebangsaan ketika usia Badawi masih remaja membuatnya harus pandai-pandai untuk menentukan pilihan aktivitas organisasi. Masing-masing organisasi berupaya menggalang anggota-anggotanya dengan berbagai macam cara untuk bersatu mengusir pemerintah kolonial Belanda dengan berbagai variasi sesuai dengan misi dan visi organisasinya.
Keinginannya untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang telah dipelajarinya dari berbagai pesantren akhirnya mengantarkannya pada Muhammadiyah sebagai pilihannya dalam beraktivitas. Hal ini dilatarbelakangi oleh misi, visi, dan orientasi Muhammadiyah selaras dengan cita-cita Badawi. Keberadaannya di Muhammadiyah lebih diperjelas dengan tercatatnya ia di buku Anggota Muhammadiyah Nomor 8543 pada tanggal 25 September 1927. Keanggotaan ini diperbarui pada zaman Jepang sehingga ia ditempatkan pada nomor 2 tertanggal 15 Februari 1944 (Jusuf Anis, tt, p. 25).
Pada masa perjuangan, Badawi pernah memasuki Angkatan Perang Sabil (APS). Ia turut beroperasi di Sanden Bantul, Tegallayang, Bleberan, Kecabean Kulon Progo. Pada tahun 1947-1949, Badawi menjadi Imam III APS bersama dengan KH. Mahfudz sebagai Imam I dan KRH. Hadjid selaku Imam II untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia juga pernah menjadi anggota Laskar Rakyat Mataram atas instruksi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan bergabung di Batlyon Pati dan Resimen Wiroto, MPP Gedongan. Pada tahun 1950, Badawi dikukuhkan sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro Masyumi di Yogyakarta. Di partai ini, ia tidak banyak perannya, karena partai ini kemudian membubarkan diri.
Semenjak ia berkiprah di Muhammadiyah, ia lebih leluasa mengembangkan potensi dirinya untuk bertabligh. Keinginan ini dijalankan melalui kegiatan sebagai guru di sekolah (madrasah) dan melalui kegiatan dakwah lewat pengajian dan pembekalan ke- Muhammadiyah-an. Prestasi di bidang tabligh telah mengantarkan Badawi untuk dipercaya menjadi Ketua Majlis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1933. Pada tahun-tahun berikutnya, ia juga diserahi amanat untuk menjadi Kepala Madrasah Za'imat (yang kemudian digabung dengan Madrasah Mualimat pada tahun 1942). Di Madrasah Mualimat ia mempunyai obsesi untuk memberdayakan potensi wanita, sehingga mereka akan bisa menjadi mubalighat yang handal di daerahnya.
Semenjak itu, keberadaan Badawi tidak diragukan lagi. Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah ia selalu terpilih dan ditetapkan menjadi wakil ketua. Kemudian pada waktu Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta, Badawi terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-1965, dan pada Muktamar Muhammadiyah ke-36 di Bandung terpilih lagi menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1965 - 1968.
Citra politik Muhammadiyah pada periode kepemimpinan Badawi memang sedang tersudut, karena banyaknya anggota Muhammadiyah yang menjadi anggota dan pengurus Masyumi yang saat itu sedang menjadi target penghancuran oleh rezim Orde Lama. Citra ini memang sengaja dihembus-hembuskan oleh PKI, bahwa Muhammadiyah dituduh anti-Pancasila, anti-NASAKOM, dan pewaris DI/TII. Muhammadiyah saat berhadapan dengan adanya banyak tekanan politik masa Orde Lama.
Menghadapi realitas politik seperti itu, Muhammadiyah akhirnya dipaksa berhadapan dengan urusan-urusan politik praktis. Muhammadiyah sendiri kurang leluasa dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan sistem politik yang dibangun Orde Lama. Akhirnya Muhammadiyah mengambil kebijakan politik untuk turut serta terlibat dalam urusan-urusan kenegaraan. Meski demikian, realitas menunjukkan bahwa Muhammadiyah hanya mampu mengerem laju pengaruh komunis di masa Orde Lama yang kurang mengedepankan nilai agama dan moralitas bangsa.
Kebijakan Muhammadiyah seperti itu akhirnya membawa kedekatan Badawi dengan Presiden Soekarno. Semenjak 1963, Badawi diangkat menjadi Penasehat Pribadi Presiden di bidang agama. Perlu diperhatikan bahwa kedekatan Badawi dengan Soekarno bukan untuk mencari muka Muhammadiyah di mata Presiden. KHA. Badawi sangat bijak dan pintar dalam meloby Presiden dengan nuansa agamis. KHA. Badawi tidak menjilat dan menjadi antek Soekarno seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lain. Ia memiliki prinsip agama yang kuat, sehingga Muhammadiyah mengamanatkan kepadanya untuk mendekati Soekarno. Kedekatan ini juga dirasakan oleh Soekarno, bahwa dirinya sangat memerlukan nasehat-nasehat agama. Oleh karenanya bila KHA. Badawi memberikan masukan-masukan yang disampaikan secara bijak, Soekarno sangat memperhatikannya. Bahkan Menteri-menterinyapun diminta turut memperhatikan fatwa Badawi.
Bagi Muhammadiyah, hal ini sangat menguntungkan. Fitnahan terhadap Muhammadiyah yang bernada negatif terus jalan, maka hal itu harus diimbangi dengan upaya mengikisnya. Soekarno sendiri sadar bahwa Muhammadiyah senafas dan seiraman dengan Masyumi, ia tetap membutuhkan kehadiran Muhammadiyah. Bahkan ia semakin menyukainya atau untuk ballance of power policy (PP. Muhammadiyah, tt, halaman 6). Iktikad baik Soekarno ini menunjukkan bahwa dirinya sangat memerlukan kahadiran Muhammadiyah untuk mengimbangi keberadaan PNI, NU, dan PKI yang dirasanya lebih dekat.
Nasehat-nasehat politik yang diberikan Badawi sangat berbobot dipandang dari kacamata Islam. Secara relatif ia bisa mengendalikan Presiden Soekarno agar tidak terseret terlalu jauh dari pengaruh-pengaruh komunis yang menggerogotinya. Siraman rohani disampaikannya kepada Soekarno tidak terikat oleh ruang dan waktu. Di mana ada kesempatan, Badawi memberikan nasehatnya kepada Presiden. Pada tahun 1968, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Pengangkatan ia berdasar pada prestasinya ketika memimpin Muhamadiyah (1962-1965 dan 1965-1968) dan pengalaman ia menjadi Penasehat Pribadi Presiden Soekarno di bidang agama. Di DPA, ia memberikan nasehat kepada Presiden Soeharto di bidang agama Islam. Di Dewan Pertimbangan Agung, KHA. Badawi sebenarnya sedikit memberikan nasehatnya pada awal Orde Baru. Hal ini dikarenakan kondisi fisiknya yang sudah melemah. Penyakit yang disandangnya kurang memungkinkan fisiknya yang sudah tua untuk turut berkiprah lebih banyak dalam memberikan sumbangsihnya kepada negara dan bangsa.
Di samping sebagai pemimpin, Badawi juga produktif sebagai penulis. Karya-karya tulis yang telah dihasilkannya antara lain ialah Pengadjian Rakjat, Kitab Nukilan Sju'abul-Imam (bahasa Jawa), Kitab Nikah (huruf Pegon dan berbahasa Jawa), Kitab Parail (huruf Latin berbahasa Jawa), Kitab Manasik Hadji (bahasa Jawa), Miah Hadits (bahasa Arab), Mudzakkirat fi Tasji'il Islam (bahasa Arab), Qawaidul-Chams (bahasa Arab), Menghadapi Orla (Bahasa Indonesia), dan Djadwal Waktu Shalat untuk selama2nja (HM. Jusuf Anis, tt: 27).
Badawi meninggal pada hari Jum'at 25 April 1969 pada pukul 09.45 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Upaya kedokteran tidak bisa menghadang takdir Allah yang telah ditentukan atasnya. Di saat meninggal, Badawi masih menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dari tahun 1968. Sedang di Muhammadiyah ia ditempatkan sebagai Penasehat PP. Muhammadiyah periode 1969-1971 berdasar hasil Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta

الممالك الإسلامية بإندونيسيا

كان المسلمون قد أسسوا لهم مملكة فى الملايو هى (ملقا) و منها البعث شعاع الإسلام الحنيف إلى الأرخبيل الإندونيسي و تأسست عدة ممالك على نحوها بعد سقوطها، أهمها:

أولا- فى سومطرة
كانت جزيرة سومطرة هي أول جزر أندونسيا إسلاما ذلك لوقوعها فى الطريقى التجاري بين الهند و فارس وجزيرة العرب غربا، والصين وما وراءها شرقا، فأصبحت موانئها محط رحال التجار , وقد أخذ الاندونسيون أن فسهم الذين سبقوهم, على أن انتشار الإسلام لم يكن بدعوة منظمة بل كان هؤلاء التجار يبئون الإسلام بين معمليهم ومعاشريهم ولما اشتد ساعدهم وقويت شكيمتهم جاهروا بالدعوة.

أ‌.        سامدرا فاسي
إن السلطان محمد، سلطان ملابر إحدى الولايات على الساحل الغربى الجنوبى من الهند، تنازل عن العرش لابنه الأكبار ولبس ثياب الزهادة والتصوف، وأبحر على ظهر سفينة إلى ميناء (سيمدرا) على الشاطئ الشرقى الشمالى من جزيرة سومطرة ولما نزل إليها قابل أميرها وعرض عليه الإسلام فأسلم و نودى به ملكا عليها وسمى بالملك الصالح.
بعد إسلام (أمير سمودرا) عن يد الفقير ملك الصالح تزوج بأميرة ولاية (برلاك) وخلف منها الأميرين الظاهر والمنصور، وقد أنشأ الملك الصالح مدينة (فاسى) وجعل إبنه الأمير الظاهر سلطانا عليها، وأما إبنه الأمير المنصور فقد تولى العرش بعد وفاة أبيه فى سنة 1297 م. ومن هذه المملكة الإسلامية فى سومطرة انتشرت الإسلام إلى جميع جزر أندونيسيا.

ب. مملكة آتشيه
وفى سنة 1606م تولى (إسكندر مودا) عرش مملكة آتشيه وكان قوي البنية نشيطا طموحا إلى توسيع مملكته، وفى عهده كانت آتشيه قد إشتهرت وقويت شوكتها، وامتد نفوذها إلى شبه جزيرة الملايو، وفى سنة 1613 أعد السلطان إسكندر حملة حربية عظيمة لمحاربة البرتغاليون القوية، فتحولت إلى (جوهور) فحاربتها واستولت عليها، و أسرت سلطانها المسلم (علي الدين رعيت شاه الثالث) و أخاه الأمير عبد الله و بعض رجال القصر و نقلوا إلى آتشيه، فأكرمهم السلطان إسكندر مودا، و زوج الأمير عبد الله بأخته فى 25 أغسطس سنة 1614 م أعاد السلطان علي الدين إلى جوهور، وفى السنة 1616 م استولى السلطان على ولاية قدح و ولاية (فيرك) و ولاية (باهنج) فى شمال جزيرة الملايا.
وفى عام 1628 م أرسل السلطان إسكندر حملة ثانية إلى ملقا لطرد البرتغاليين منها وكانت الحملة مكونة من 250 سفينة وكاد ينهوم البرتغتايين أمام هذه الحملة، ولكنهم استطاعوا الصمود لمناعة قلعتهم، وشدة نيران مدافعهم، وأخيرا إتفقت آتشيه وجوهور وهولندا على الهجوم البرتغاليين برا وبحرا، واستمرت الحرب سنة كاملة، وانتهت بانهزام البرتعغاليين فى السنة 1641 م.
ووضع الهولنديون أيديهم على ملقا وعملوا على إقصاء سلطة آتشيه وجوهور عنها، وكانت هذه العاقبة التحالف مع المستعمرين ومولاتهم.
وقد امتدح ابن بطوطة ملك سومطرة فى القرن الرابع عشر بأنه جاحد الكفار.
وكان لمملكة آتشيه سلاطين وأمراء مستقلون فما زالت هولندا تتغلب على واحد منهم بعد واحد حتى أخضعتهم لسلطانها وانتهت آخر مقاومتهم المنظمة فى السنة 1904 م. وكان ذلك بسبب إنقسامهم واختلافهم.

ج. المملكة الملقية الإسلامية فى الملايا
كان أول السلطان من سلاطين (ملقا) دخل الإسلام هو (راجاكتشيل) واشتهر فيما بعد بالسلطان محمد شاه، ومنذ إسلامه تأسست الدولة الملقية الإسلامية فى سنة 1409 م. وفى عهده كثر مجيء تجار المسلمين من الهنود والفرس والعرب إلى ملقا، حيث أطلق العرب على مدينة (ملاقاة) لتلاقي التجار من جميع الأجناس فيها، ومات سنة 1411 م. فتولى ابنه الأمير قاسم الحكم ولقب بالسلطان المظفر شاه الأول، وكان عادلا دائب العمل على مصالح شعبه، وبعد وفاتهتولى ابنه المشهور بالسلطان منصور شاه الحكم.
وقد  اتسعت حدود الدولة الإسلامية فى عهده حتى وصلت إلى (بروني) شمال بورنيو، وازداد انتشار الإسلام فى البلاد التى وقعت تحت نفوذها، لأنالسلطان رغم اشتغاله بالفتوحات الحربية، لم يغفل نشر دين الإسلام والدعاية له، وإنه كان مشغوفا بتعلم اصول الدين والتشريع الإسلامي، وتوفي عام 1447 م وتولى الحكم بعده ابنه السلطان حسين الذى لقب با لسلطان علي لدين رعيت شاه الأول, وقد أقام الحدود الشرعية وبنى فى مفارقة الطرق دوراتحت حراسة عمد البلاد.
وتوفي السلطان علي الدين رعيت شاه الأول، وتولى الحكم بعده ابنه الأمير محمودولقب بالسلطان محمود شاه الأول، وفى عهده وصل نفوذ الدولة الإسلامية الملقية إلى حدود مملكة سيام شمالا، وجزء من سومطرة الوسطى غربا، و أرخبيل الملايا حتى شمال بورنيو جنوبا.
والسلطان محمود شاه الأول هو آخر سلاطين الملايا فى الدولة الملقية الإسلامية حيث سقطت ملقا واستولى عليها البرتغالييون فى سنة 1511 م، بعد معارك دموية بينه وبين البرتغاليين.

ه. مملكة جوهور
لما سقطت الإسلامية بملقا امام جيوش البرتغاليون فر آخر سلاطينهم (السلطان محمود شاه الأول) إلى جوهور، و لكن البرتغاليين لم يمهلوه طويلا حتى تعقبوه فيها ففر منها ومازال ينتقل منمكان إلى آخر حتى توفي سنة 1529 م. وتولى لحكم بعده ابنه علي ولقب بالسلطان علي الدين رعيت شاه الثاني، وجعل مقر حكمه مدينة (كمفر) فى سومطرة الوسطى إلا أن البرتغاليين قاتلوه فيها فهرب منها إلى جوهور، وانشا الدولة الإسلامية الجوهورية.
ثم كان سقوط جوهور فى أيدى قوات آتشيه من سنة 1613 م إلى السنة 1637 م وبقي سلاطينها ولكنهم كانوا تابعين لحكومة آتشيه حتى تولى الساطان عبد الجليل الثالث الحكم سنة 1637 م فرأى الضعف قد تسرب إلى دولة آتشيه فانتهز هذه الفرصة و أعلن إستقلال جوهور.
وتعاقب عليها الملوك إلى أن توفي السلطان سليمان فى سنة 1760 م وتولى الحكم من بعده ابنه الساطان عبد الجليل الخامس، وفى عهده أرسل حاكم ريو حملة عسكرية لفتح (ملقا) واستردها من الهولنديين فوقعت بينهما الحرب ولولا مصرع قائد الحملة الجوهورية فى أثناء المعركة لانهزام الهولنديين.
وفى هذه الفطرة توفي السلطان عبد الجليل الخامس، وتولى ابنه السلطان محمود شاه الثالث الحكم، وفى عهده قامت معاهدة بينه وبينالهلنديين سمح لهم فيها بإقامة حاكم هولندى وإيواء حامية الشركة التجارية الهولنديةفى مدينة (ريو)، وفى سنة 1819 م جاء القائد الإنكليزي (رفلس) إلى مدينة ريو، وسأل سلطان جوهور، منحه جزيرة سنغافورة ليجعلها ميناء تجاريا. ودعي الأمير حسين ونودي به سلطانا على سنغافورة وجوهور ولقب بالسلطان حسين محمد شاه.
من ذلك التاريخ بدأ الإنكليزي يتداخلون فى جوهور أيضا عن طريق السلطان حسين وهذه طريقة الإنكليز يتخذون فى كل بلاد عميلا لهم يسمونه ملكا على الناس وهو فى الحقيقة مملوك لهم وبدأ الهولنديون يتداخلون فيها كذلك عن طريق السلطان عبد الرحمن، وقد كان مقر الأول مدينة (سنغافورة) ومقر الثاني مدينة (ريو).
واستمر السلطان حسين فى الحكم، ولكنهكان ساهيا عن سياسة البلاد، لاهيا عن إدارة شؤون الحكم، حتى زال حكمه نهائيا عن جزيرة سنغافورة فى سنة 1824 م. وانتقل إلى ملقا وتوفي بها سنة 1835 م وتولى بعده الحكم ابنه السلطان علي، إلا أنه تنازل عن حقوقه فى سنة 1855 م لتمنجونج إبراهيم وهو جد سلطان جوهور الحالى. وبتولى تمنجونج إبراهيم الحكم بدأ عصر جديد من عصور تاريخ جوهور.
وفى شهر فبراير سنة 1862 م تولى السلطان أبو بكر الحكم بعد موت أبيه فبدأت فى جوهور حياة جديدة، واخذت عوامل النشاط والتقدم تشمل جميع مرافق الحياة، فأنشأ المدارس والمستشفيات وبني المساجد، وحسن طرق المواصلات، وعمل على تحسين حال الزراعة فى البلاد.وفى أواخر حياته أقر الدستور، و جعل الدين الإسلامي هو الدينلرسمي البلاد. وفى ليلة الأربعاء 4 يونى سنة 1895 م توفي بعد حياة طويلة قضاها فى الجهاد وخدمة البلاد، وفى هذاليوم نودي بالسلطان إبراهيم سلطانا على جوهور.
وقد وقعت بين جوهور والحكومة الإنكليزية عدة إتفاقات من 1818 م-1885 م كان جميعها فى صالح البلاد.

ثانيا- فى جاوة
فى هذا الوقت كانت أمبراطورية ماجاباهيت فى جزيرة جاوة قد تسرب إليها الضعف لمناسة الدولة الإسلامية الملقية لها فى النفوذ والسلطة. وقد إنتهز مسلمون ملقا وسومطرة هذه الفرصة وقاموا بدعوة الجاويي إلى الإسلام بالأناة والحكمة.
سبب إنتشار الإسلام فى جاوة هى إنهيار ماجاباهيت، و دمك أول  المملكة فى جاوة وأول سلطانها هو السلطان فتاح 15-16هـ. قيل ابن مالك ماجاباهيت من أم المسلم. وبعد وفاته بدلت الخلافة لابنه لقب بباتى أونس قيل عمره 17 حين ذلك حوالي 1507 م. هجم باتى أونس ملقا التى إستعمرها برتغاليون سنة1511 ، لكن فى منتصف سنة   1512 م- 1513 م فشل أسطوله فى هجوم البرتغاليون.[1]

وبعد وفاته بدلت الخلافة بسلطان ترنكونو لقب بسلطان أحمد عبد العارفين (1524 م- 1546 م) فى عهده إنتشر الإسلام فى جاوة حتى إلى بورنيو الجنوبية. ثم إستولاه ماجاباهيت حوالى سنة 1527 م. وفى سنة 1529 م إستولاه ماديون سنة 1530 م ، سورابايا سنة 1531 م، باسوروان سنة 1535 م.
بعد وفاة ترنكونو بدلت الخلافة بأخيه سلطان براوطا الذى كان مقتولا بأريا باننسانج بسبب الثورات الكثيرة.

أ‌.        مملكة باجنج
تقع هذه المملكة الإسلامية فى كرتاسورا الآن، وهى اول المملكة الموقعة فى داخل البلاد جاوة. باجنج لم تطل فى إزدهاره وعظمته فببدلت بمملكة ماترام.
جاك تنكير هو أول السلطان لهذه المملكة، فى سنة 1546 م توفي سلطان دمك فظهر الثورات الكثيرة. وبعد ذلك أمره بانتقال ميراث المملكة الدمكية إلى باجنج. وعهد التاريخ الإسلامي فى جاوة نسبت على شكل جديد، انتقل مركز سياسته من الشواطئ إلى داخل البلاد فتأثر تاثيرا هاما فى إنتشار حضارة الإسلام فى جاوة.
بعد وفا ته فى السنة1587 م بدلت الخلافة بأريا بانجري ثم إنهير مملكة باجنج حوالى 1618 م لأن أخذت الهجوم إلى ماترام تحت رئاسة سلطان اكونج.

ج. ماتارام
بدأت هذه المملكة حينما سلطان ادي ويجايا من باجنج إستعان إلى بامنحان لهجوم المستعمر اريا باننسنج فى سنة 1577 م. سينوباتى هو أول السلطان لهذه المملكة.
بعد وفاة سينوباتى بدلت الخلافة بابنه ماس هولنج (1601 م- 1613 م) لقب بسلطان انيكروتى واستولاه كديري و توفي فى الحرب.
بعد وفاته بدلت الخلافة بسلطان أكونج (1613 م- 1645 م) فى عهده إزدهر المملكة إزدهارا سريعا،[2] ولايتها وصل إلى جاوة الوسطية، جاوة الشرقية وبعض جاوة الغربية. قبل أخذ الخلافة فى بنتان هجم السلطان هولندا فى سنة 1628 م- 1629 م.

د. تشربون
تشربون هى المملكة الإسلامية الأولى فى جاوة الغربية أسسها سلطان كونونج جاتى. فى أول القرن 16 تشربون مازال دائرة صغيرة تحت رئاسة باجاجاران. ولنجسونسنج هو سلطان الأول فى تشربون, وقال طوم بيرس دخل الإسلام إلى تشربون حوالى 1470 م- 1475 م. لكن شريف هداية الله هو أول من جعل التشربون مملكة ولقبه سونان كوننج جاتى وهو مؤسس الملوك تشربون وبنتان.

ولد سونان كوننج جاتى فى سنة 1448 م وتوفى فى السنة 1568 م في عمر 120 سنة. لأنه من ولي التسعة احترمه الممالك جاوة كدمك و باجنج حتى صار تشربون مملكة حرية من استعمار باجاجاران
من تشربون رحل سونان إلى جاوة الغربية لإنتشار الدعوة الإسلامية كمجالنكا وكوننجان وبنتان. وأسسه مبادئ إنتشارالإسلام وتجار المسلمين فى التاريخ حوالى1524 م.
بعد وفاة  سونان كوننج جاتى بدلت الخلافة ببنمباهان راتو حتى توفي فى السنة 1660 م ثم بدل بابنه لقب ببانمباهان عيرليا فى عهده إزدهر تشربون إزدهارا سريعا.

ه. بنتان
قبل عهد الإسلام و تحت رعاية ملوك السندوية كانت بنتان مدينة متقدمة فى جاوة، حتى دخل الإسلام بدعوة شريف هدية الله الذى أسس قانون ممالك الإسلامية فى بنتان. لإنتشار الإسلام إستولى شريف ميناء  سنداوية فى السنة 1527 م.
بعد رجوعه إلى تشربون، فوض الخلافة إلى ابنه حسن الدين وتزوج حسن بنت مالك بنتان فصار سلطان فى السنة 1527 م  حتى توسع ولاية الإسلام إلى لمبونج وبعض سومطرة الجنوبية.
بعد وفاة حسن الدين بدلت الخلافة بإبنه يوسف فاستولاه باكوان فى جاوة الغربية. بعد وفاة يوسف بدلت الخلافة بإبنه محمد فى السنة 1580 م عقد الهجوم إلى بالمبانج وتوفي عمر 25 سنة (1596 م)وله ولد اسمه سلطان عبدالمعكر محمود عبد القادر، فى عهده إستعمر هولندا حتى إتفق معاهدة الصلح بين بنتان و هولندا فى السنة 1659 م.

ثالثا- فى بورنيو
بورنيوجزيرة الواسعة فى إندونيسيا، دخل الإسلام دائرة شمال الغربية من مالايو والشرق من مكاسر و الجنوب من جاوة أهمها:

أ‌.        بنجرماسين
كتب فى المؤلفات أن سبب دخول الإسلام فى بورنيو الجنوبي
بوجود بنجرماسين. هذه المملكة تستمر المملكة الهنودية وهى مملكة داها, هذه الواقعة تبدأمن النزاع بين أسرة المملكة وبين سلطان سامودرا مولي الحق لمملكة داها.
كما تحكي فى قصص بنجر، قبل وفاة سلطان سوكراما أوصاه سي سامدرا لأ يكون مالكا بعده، فلم يقبل أولاد السلطان بوصية أبيه لاسيما سلطان تومنكونج.
بعد وفاة سوكراما بدلت الخلافة بسيد منكوبومى، حين ذك سلطان سامودرا لايزال 7 من عمره. و منكوبومى قتل بأحد الموظفين الذى حسدها تومنكونج، وبوفاته صار تومنكونج سلطانا فى مملكة داها.
حين ذك سفر سامدرا إلى موارا، وفى سفره إلتقى بمسيح بمساعدته عزم سامودرا لهجوم تمنجونج.[3] فى وسط الهجوم إستعان سامودرا إلى مملكة دمك, فاتفق دمك لأن يساعده بشرط لابد له أن يدخل الإسلام فأرسل سلطان دمك ألف جند لتسليم البنجريون.
بعد دخول الإسلام لقب سامودرا بسلطان سريان الله وهو سلطان الأول لمملكة الإسلا مية بنجر. بعد وفاته بدلت الخلافة بسلطان رحه الله وبعده سلطان هداية الله ومرحوم بانمباهان. وفى عهده إنتقل عا صمة المملكة إلى بعض الولايات بسبب إستعمار هولندا.

ب‌.     كوتاي
قيل فى قصة كوتاي أن اول دخول الإسلام بسبب وجود عالمان فى عهد مالك محكوتا، أحدهما داتؤ رى بندانج من ماكاسر والآخر سيد تونكانج بارنجان يثبت فى كوتي حتى خضعه مالك محكوتاإلى قانون الإسلام فبني المساجد والمدارس الإسلامية.
منذ ذلك، عزم مالك محكوتا بإنتشار الإسلام بطريقة الحرب حوالي 1575 م حتى توسع المملكة إلى موارا كامن.[4]

رابعا- مالوكو
        دخل الإسلام إلى مالوكو فى أواخر القرن 15 حوالي سنة 1460 م، تمسك سلطان ترناتي دين الإسلام اسمه بونجى تيدورى. حين ذك غلب تجار المسلمين حتى أسلم مالك وعزم على تعليم فى المدرسة.
فى سنة 1522 م أرادوا البرتغاليون للإستعمار لإنتشار تعاليم دينهم لكنهم يفشلون بأملهم. فى بعض روايات  أن مصدر الإسلام فى مالوكو هو جاوة مع أن فاسي ومكة تذكر أيضا. فى قرن 17 كان البرتغاليون ناجحا فى تعاليم دينهم.

خامسا: فى سولاويسي
مملكة غاواتالو (مملكة مكاسر) تقع فى شبه الجزيرة  بشمال الغرب سولاويسي وهي دائرة الستراتيجية.
 هذه المملكة تكون مركزا تجاريا بحريا، عامل  المملكة بالمملكة الإسلامية تر ناتي تحت رئاسة سلطان باب الله فعقد المعاهدة المصاحبة بين مملكة ترناتي ومملكة غاواتالو. فداع باب الله ملوك غاواتالو لدخول الإسلام. و سلطان علو الدين (1591 م-1636 م) هو سلطان الأول من دخل الإسلام فى سنة 1605 م.[5]
إنتشر الإسلام فى غاوا مناسبة بثقافات الموجودة، ومن بعد ثقافاتها لابد للسلطان أن يبشر الخيرات. فدخل رسالة الإسلام حسب تلك الثقافات حتى اتبعوا ممالك الأخرى لدخول الإسلام.
ولكن لما دخل الإسلام كان النزاع لايزال مستمرا بين هذين المملكين الكبيرين حتى إستعان أحدهم إلى هولندا لملصلحة طائفتهم.








[1]  ح.ج.غراف و تح. بيغويد،" الممالك الإسلامية بجاوا(جاكرتا: غرافتي برس، 1985)، ص 49
[2]  توفيق عبد الله، "الإسلام والمجتمع، فالتاريخ الإندونيسيا" (جاكرتا:LP3S، 1987)،ص 142
[3]  محمد عدوار الصالح وأصحابه, " تاريخ كلمنتان الجنوبية" ( جاكرتا: مجلس P & K، 1987)، ص 20-21
[4]  أوكا تشندراسسميتا،" تاريخ الدولة الإندونيسيا "III، (جاكرتا: بلاي بوستاكا، 1984)، ص25
[5]  توفيق عبد الله، "الإسلام والمجتمع، فالتاريخ الإندونيسيا" (جاكرتا:LP3S، 1987)،ص 89

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More